Rabu 20 Aug 2014 16:39 WIB

Gawat, Bendungan di Indramayu Banyak yang Sudah Rusak

Rep: Lilis Handayani/ Red: M Akbar
Bendungan Air
Foto: Republika/Yasin Habibi
Bendungan Air

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banyak bendung yang tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu dalam kondisi rusak. Kondisi itu membuat penyaluran air irigasi ke lahan-lahan sawah milik warga menjadi terhambat.

Kepala Bidang Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Air (PPSDA) pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan Energi (PSDA Tamben) Kabupaten Indramayu, Agus Supriadi, menyebutkan, jumlah bendung di Kabupaten Indramayu mencapai sekitar 40 bendung. Dari jumlah tersebut, lebih dari 40 persen mengalami kerusakan.

‘’Untuk memperbaiki kerusakan tersebut, dibutuhkan anggaran yang besar,’’ ujar Agus, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (20/8).

Agus menjelaskan, kerusakan itu di antaranya terjadi pada pintu air, badan bendung maupun sayap bendung. Dari seluruh bendung yang mengalami kerusakan tersebut, sekitar sepuluh di antaranya dalam kondisi rusak berat

Agus menyebutkan, beberapa bendung yang mengalami kerusakan berat itu di antaranya bendung Cidempet, Cilege, Tegalbedug dan Limbangan. Untuk memperbaiki kerusakan pada satu bendung, dibutuhkan anggaran diatas Rp 2 miliar.

‘’Kami sudah mengajukannya ke Pemprov Jabar,’’ kata Agus.

Menurut Agus, keberadaan bendung sangat dibutuhkan dalam penyaluran air irigasi ke lahan-lahan sawah milik warga. Namun akibat kerusakan tersebut, penyaluran air ke lahan-lahan tersebut menjadi terhambat.

Agus mencontohkan, untuk bendung Cilege, menyalurkan air untuk lahan sawah seluas 500 hektare dan bendung Tegalbedug 350 hektare. Dengan kondisi bendung yang mengalami kerusakan, lahan sawah menjadi terancam kekeringan di musim kemarau dan kebanjiran di musim penghujan.

Terpisah, Pengawas Bendung Pengendali Banjir Bangkir, Sutrisno, menjelaskan, saat ini, pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung sedang melakukan pengerukan terhadap dasar bendung yang mengalai sedimentasi. Proses pengerukan diakukan dnegan menggunakan dua unit ekskavator.

‘’Setelah dikeruk maka pintu bendung bisa berjalan lagi,’’ tutur Sutrisno.

Dalam kondisi normal, terang Sutrisno, tinggi muka air (TMA) di bendung itu mencapai dua meter. Namun saat puncak musim kemarau, TMA mengalami penurunan yang cukup signifikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement