REPUBLIKA.CO.ID, LINDAU -- Kebijakan ekonomi negara-negara maju harus memperhatikan kepentingan negara-negara sedang tumbuh (emerging market).
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Muslimin Anwar mengatakan negara maju tidak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan ekonomi domestiknya dalam mengambil kebijakan ekonominya di masa mendatang.
Kebijakan yang berorientasi kepentingan dalam negeri saja, kata Muslimin, telah terbukti ikut membebani negara-negara lain. Ia memberi contoh krisis-krisis besar yang terjadi belakangan ini yang diawali dari krisis keuangan di negara-negara maju, terutama Amerika Serikat (AS).
"Kebijakan ekonomi di negara maju berakibat buruk bagi perekonomian dunia seperti kasus subprime mortgage pada 2008 di AS dan Krisis keuangan di Eropa sejak 2010," kata Muslimin yang saat ini sedang mengikuti pertemuan ekonom dunia dengan peraih Nobel Ekonomi di Lindau, Jerman, Kamis (21/8).
Krisis tersebut, sambung Muslimin, telah menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi. Krisis di AS dan Eropa berdampak pada turunnya kinerja ekonomi negara-negara berkembang seperti Cina, India, Brasil, Indonesia, dan lain-lainnya.