REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pertumbuhan manufaktur Cina melambat pada Agustus, menunjukkan pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu belum bertahan. Demikian hasil laporan terbaru yang dirilis HSBC, Kamis (21/8).
Indeks pembelian manajer (PMI) awal dari HSBC, yang melacak aktivitas di pabrik-pabrik dan bengkel kerja di Cina, merosot menjadi 50,3 pada bulan ini. Angka itu turun dari angka akhir 51,7 pada Juli dan terendah selama tiga bulan terakhir.
Indikator ini adalah alat ukur yang diawasi secara ketat dari kesehatan kekuatan ekonomi Asia dan pendorong utama pertumbuhan global. Angka di atas 50 mengindikasikan sektor ini berkembang. "Data hari ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi masih berlanjut namun momentumnya telah melambat lagi," kata ekonom HSBC Qu Hongbin dalam sebuah pernyataan.
"Permintaan industri dan pertumbuhan kegiatan investasi mungkin akan berada pada sebuah jalur yang relatif lemah," tambah Qu seraya menyerukan dukungan kebijakan yang lebih besar untuk membantu mengkonsolidasikan pemulihan.
Pertumbuhan pesanan baru dalam dan luar negeri melambat dari Juli, sementara harga input dan output mengalami kontraksi selama bulan tersebut, menunjukkan tekanan deflasi, menurut pernyataan itu. "Baik kebijakan moneter maupun fiskal harus tetap akomodatif sampai ada 'rebound' lebih berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi," kata Qu.
Pertumbuhan ekonomi Cina mengalami akselerasi ke yang lebih tinggi dari yang diperkirakan 7,5 persen pada kuartal kedua, naik dari 7,4 persen pada tiga bulan sebelumnya, merupakan yang terburuk sejak ekspansi serupa 7,4 persen pada Juli-September 2012. Tetapi kekhawatiran tetap atas apakah rebound dapat berkelanjutan dalam menghadapi perlambatan yang sukar dikendalikan di pasar perumahan dan risiko-risiko di sektor perbankan.