Kamis 21 Aug 2014 16:41 WIB

PBNU Khawatirkan Intoleransi di Bali

Rep: c57/ Red: Bilal Ramadhan
Peringatan Hari Toleransi Internasional di Jakarta.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Peringatan Hari Toleransi Internasional di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU), Slamet Effendy Yusuf, menyatakan terdapat gejala menguatnya kelompok fundamentalis Hindu di Bali. Menurutnya hal ini merupakan perkembangan baru di Bali dan sangat memprihatinkan dalam hal toleransi antar umat beragama.

"Ini menunjukkan ada gejala menguatnya kelompok fundamentalis Hindu di sana (Bali) dan ini sangat memprihatinkan," kata Slamet saat dihubungi ROL, Kamis (21/8).

Ia menyontohkan tidak ada yang aneh saat para pegawai restoran dan supermarket memakai kerudung dan peci saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun hal ini rupanya ada yang melarangnya di Bali.

Di kota-kota di Jawa, lanjutnya, restoran dan supermarket pun memasang simbol-simbol Kristiani seperti pohon natal yang disertai sayup-sayup lagu rohani saat perayaan Hari Raya Natal. Tapi, tidak ada umat Islam yang protes terhadap situasi itu.

"Saya berharap umat Islam tidak memberi reaksi berlebihan, apalagi membalas sikap intoleran itu dengan sikap yang sama," papar Ketua Dewan Pimpinan MUI Pusat itu.

Mudah-mudahan, jelasnya, kasus pelarangan menggunakan atribut keagamaan di Bali tidak berkembang menjadi situasi yang tidak terkendali. Ia menyarankan harus ada dialog intensif antar tokoh agama di Bali.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement