REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Penculikan terhadap warga asing yang berada di Korea Utara kerap terjadi. Hal ini dituturkan oleh Song min-Choi, seorang warga Korea Utara yang kini menjadi produser acara Open Radio for North Korea, Kamis (21/8).
Song, yang dulu bekerja di Biro Inspeksi Umum Korea Utara mengatakan, penculikan warga asing kerap dilakukan pasukan pemerintah utara untuk mencari informasi yang diperlukan. Informasi tersebut diantaranya untuk membantu strategi Pemerintah Korea Utara menghadapi perang, yang dapat terjadi kapanpun dalam negara tersebut.
Bahkan, mereka tidak segan untuk membunuh warga asing yang diculik, agar mendapat data yang dinilai sederhana tersebut. Beberapa dari warga asing yang diculik juga dijadikan sebagai guru bahasa untuk membantu strategi Korea Utara untuk menghadapi perang.
"Kesaksian saya bukanlah berasal dari informasi yang beredar. Saya mengalami hal ini saat bekerja di Biro Inspeksi Umum Korut. Sejak awal 1970 hingga 1990, terdapat sekitar 20 kasus penculikan warga asing," ujar Song, dalam acara seminar 'Unspeakable Atrocities' In North Korea and The Road Ahead di Jakarta, Kamis (21/8).
Hingga saat ini, Pemerintah Korea Utara telah mengakui beberapa penculikan yang mereka lakukan di negaranya. Namun, mereka tidak mengakui penculikan yang diketahui telah dilakukan terhadap warga Jepang. Penculikan dan pembunuhan terhadap warga asing dilakukan dengan perintah langsung oleh pemimpin tertinggi di Korea Utara, yang saat ini dipimpin Kim Jong Un.