REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Arie Sudjito, mengatakan kekuatan Koalisi Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta tinggal 40 persen. Setelah hakim Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusan, sejumlah petinggi Koalisi Merah Putih menggelar konferensi pers di Hotel Hyatt tanpa dihadiri perwakilan Partai Demokrat.
Menurut Arie, pernyataan Koalisi Merah Putih dalam konferensi pers tersebut hanya untuk membangun kepercayaan diri. Sebab koalisi tersebut sudah kalah. Koalisi Merah Putih menunjukkan sikap tetap solid sebab mereka sadar kalau kekalahan punya dampak internal sehingga mereka mencoba membangun kepercayaan diri.
“Ikatan mereka tidak kuat. Komposisi partai diikat kepentingan berkuasa. Tapi karena kalah, mereka mulai goyah,” kata Arie saat dihubungi Republika, Jumat (22/8).
Menurutnya, sebagian partai akan keluar dari Koalisi Merah Putih. Arie mengatakan beberapa partai pendukung Prabowo-Hatta seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrat tidak solid seperti dulu.
Sementara yang masih solid hanya Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sedangkan Partai Golkar kemungkinan besar tidak akan solid sebab di internal partai mereka sudah pecah dan tidak solid. Sementara Partai Demokrat akan menunggu instruksi dari SBY. Namun, yang menjadi goncangan saat ini Jokowi mulai aktif berkomunikasi dengan SBY.
“Mereka akan berpikir untuk apa membangun koalisi karena ideologi dan kepentingan tidak ada. Tujuan awal koalisi kan memperoleh kekuasaan, kalau tujuan tidak tercapai untuk apa membangun koalisi,” tanyanya.
Terkait perpecahan internal di Partai Golkar, Arie menilai tak lama lagi Golkar akan mengeras. Sebab, dampak didesaknya musyawarah nasional (Munas) Partai Golkar akan berdampak terhadap Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie. Apabila dalam Munas ditetapkan Aburizal Bakrie lengser, maka Golkar akan segera pindah haluan dan tidak mungkin solid lagi.