Oleh: Hannan Putra
Para ulama yang menolak bom bunuh diri berdalil dengan ayat, “Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri karena sesungguhnya Allah sangat penyayang kepada kalian.” (QS an-Nisaa’ [4]: 29).
Dan, hadis Rasulullah SAW, “Siapa yang membunuh dirinya dengan besi tajam maka besi itu diletakkan di tangannya, ditusukkan ke perutnya di neraka jahannam dia kekal di dalamnya.” (HR Bukhari Muslim).
Ulama kelompok kedua juga menilai dari segi kemaslahatan. Bom bunuh diri pada realitasnya tidak membuat musuh Islam jera. Berbeda dengan kisah pemuda ashabul ukhdud di atas.
Bisa saja, dengan serangan bom bunuh diri membuat musuh Islam lebih congkak dan bringas. Mereka membalasnya dengan perbuatan yang lebih kejam kepada kaum Muslimin.
Mengenai sebutan syahid bagi seseorang yang tewas, Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin memberikan beberapa kriteria. Syahid yang terikat dengan suatu sifat, seperti setiap orang yang dibunuh fisabillah merupakan syahid, orang yang dibunuh karena membela hartanya termasuk syahid, orang yang mati karena penyakit tahun merupakan syahid dan yang semacamnya. Mereka yang syahid seperti ini terdapat dalam nash hadis Nabi.
Kedua, mengklaim seseorang syahid tanpa alasan yang jelas seperti di atas, hal ini tidak diperbolehkan. Berpedoman pada khotbah Umar bin Khattab, “Dalam peperangan, kalian mengatakan bahwa si Fulan syahid dan si Fulan telah mati syahid. Mudah-mudahan perjalanannya tenang. Ketahuilah, janganlah kalian berkata demikian, akan tetapi katakanlah sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ‘Barang siapa mati di jalan Allah atau terbunuh maka ia syahid’.” (HR Ahmad).
Jadi, menjustifikasi seseorang telah mati syahid tidak boleh sembarangan. Karena syahid adalah tempat yang mulia di sisi Allah SWT dan tidak sembarangan orang yang mendapatkannya. Orang yang syahid langsung diterima di surga serta ia bisa memberi syafaat kepada 60 orang yang ia suka pada hari kiamat.
Ibnu Taimiyah menerangkan, mengklaim seseorang mendapatkan mati syahid berarti juga bersaksi bahwa orang tersebut masuk surga. Konsekuensi ini amatlah berat, kecuali dengan sifat yang telah disebutkan oleh Rasulullah SAW atau disaksikan langsung oleh Beliau.