Jumat 22 Aug 2014 23:33 WIB

Program Simpatik Tingkatkan Pendapatan Petani

Rep: c88/ Red: Hazliansyah
Petani
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Minimnya kepemilikan lahan oleh petani kecil menjadikan penghasilan yang diterima tiap bulan tak pernah mencukupi. Oleh karena itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP) Sumbar meluncurkan program Sistem Integrasi Padi dan Itik (Simpatik) di Kabupaten Solok. 

"Tanpa memperluas lahan, ada usaha-usaha pertanian yang kita kembangkan untuk memperoleh nilai tambah," terang peneliti dari BPTP Sumbar, Edi Mawardi di Padang pada Kamis (21/8).

Selain itu, di Pasaman Barat, para petani sawit mulai dikenalkan dengan sistem integrasi sawit-sapi. 

Edi menambahkan, inovasi teknologi saja tak cukup untuk mengangkat tingkat kesejahteraan petani. "Inovasi yang kita berikan kepada petani di Sumbar adalah inovasi teknologi, inovasi kelembagaan, inovasi kebijakan, dan inovasi mindset," terang Edi yang juga merupakan pengurus Persatuan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI).

Sementara Menteri Pertanian Suswono menjelaskan, lewat Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), perdesaan akan menjadi pusat pembangunan di masa yang akan datang. 

"Jika sekarang yang terjadi adalah pembangunan untuk pertanian maka kelak akan kita balik menjadi pertanian untuk pembangunan," kata Suswono di Padang, Kamis (21/8).

Ia menuturkan, perlunya mengubah perilaku petani. Mulai sekarang, katanya, jangan ada lagi sampah pertanian yang tersisa. 

"Tidak ada sampah pertanian yang tidak ada nilainya," tegas Suswono. 

Ia mencontohkan dalam sistem budidaya padi, gabah dapat diolah menjadi briket. Di samping itu jerami dapat dimanfaatkan menjadi pakan sapi dan kotoran sapi dapat dijual sebagai pupuk. 

Dari peternakan sapi, lanjutnya, urin sapi dapat dijual dengan harga Rp 1.000 per liter. "Kita dorong ke arah sana agar tidak ada sampah pertanian yang terbuang," pungkas dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement