REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Gerakan Anti Narkoba Nasional (Gannas) Aryo Maulana mengatakan Indonesia saat ini masih darurat narkoba sehingga perlu upaya sistematis untuk menanggulanginya.
"Di dalam rutan saja, 70 persennya adalah pengguna narkoba sehingga sangat sulit menampung pengguna," ujar Aryo Maulana dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu.
Oleh karena itu, pihaknya mengadakan kegiatan zikir manaqib dalam rangka penyelamatan pengguna narkoba di Masjid Istiqlal, Sabtu (23/8) pagi.
Menurut pegiat Yayasan Lautan Tanpa Tepi tersebut, fokus utama gerakan yang sudah hampir empat tahun berjalan itu adalah pencegahan narkoba lewat pendekatan keagamaan karena narkoba adalah masalah bangsa.
"Acara ini sudah beberapa kali diadakan di Istiqlal dalam rentang waktu beberapa tahun dan dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah," ujar dia.
Acara tersebut berlangsung dengan menggandeng beberapa organisasi yang aktif dalam gerakan pencegahan narkoba, seperti Persatuan Jaksa Indonesia (PJI), Yayasan Lautan Tanpa Tepi, BNN, dan panti rehabilitasi bernama Natura.
Kepala BNN Anang Iskandar mengatakan menekan penyalahgunaan narkoba harus lebih serius dengan mengedepankan upaya menekan laju permintaan dan mendorong turunnya pasokan.
Ia mengatakan bahwa penanganan penyalahgunaan narkoba yang tertangkap tidak lagi dipenjara. Mulai dari penyidikan tidak ditahan, tetapi direhabilitasi.
"Saya memberikan penghargaan atas kesukarelaan Gannas Banten atas peran sertanya untuk mencegah narkoba," kata dia.
Ia menilai kegiatan tersebut berdampak positif dan baik dalam rangka pencegahan narkoba.
Sementara itu, pengamat sosial-keagamaan dari UIN Jakarta, Wiwi Siti Sajaroh menilai kegiatan manaqib ini bagus sebagai upaya pencegahan bahaya narkoba yang berkelanjutan.
Ia mengatakan bahwa narkoba itu barang haram. Sudah pasti dengan mendekatkan diri pada Tuhan bisa menjauhkan diri dari bahaya narkoba.
Oleh karena itu, kegiatan tersebut harus sering dilakukan agar Indonesia tidak darurat narkoba lagi.