Kamis 05 Apr 2018 11:21 WIB

Inovasi Pengolahan Limbah Perca Masuk Ajang Bergengsi

Usaha kain dengan menggunakan limbah perca dianggap usaha yang ramah lingkungan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
 Warga menjahit alas kaki dari kain perca / Ilustrasi
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Warga menjahit alas kaki dari kain perca / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Inovasi pengolahan limbah warga Kota Malang berhasil masuk ke finalis ajang bergengsi. Sosok Pemilik UMKM "Diopeni" yang juga merupakan salah satu nasabah BPR Tugu Artha, Peni Budi Astuti masuk dalam jajaran 20 finalis di Ajang "Citi Microentrepreneurship Awards" 2017-2018 yang digelar oleh Citi Foundation bekerjasama dengan Mercy Corps.

 

Diopeni merupakan organisasi atau wadah perempuan dengan latar belakang semua kalangan profesi dari berbagai usia. Diopeni berupaya memajukan perempuan-perempuan di Kota Malang utamanya ibu rumah tangga untuk tetap menghasilkan membantu keuangan keluarga melalui pelatihan-pelatihan kerajinan home made yang bisa dikerjakan di rumah.

Citi Microentrepreneurship Awards merupakan penghargaan untuk pengusaha Mikro dan Lembaga Keuangan Mikro se-Indonesia. Ajang ini diikuti sebanyak 807 peserta dari seluruh Indonesia. Setelah dilakukan penilaian oleh tim juri, maka tersaring 50 finalis dari masing-masing kategori. Setelahnya barulah dilakukan penyaringan kembali sehingga menghasilkan 20 finalis.

Peni Budi Astuti, dalam ajang ini masuk sebagai 20 besar finalis kategori green dan akan bersaing untuk mendapatkan penghargaan bergengsi tersebut. Usaha kain dengan menggunakan limbah perca yang digagas oleh Peni Budi Astuti dianggap merupakan usaha yang ramah lingkungan sehingga berhasil masuk dalam 20 finalis di ajang tersebut

Menanggapi hal itu, Pjs Wali Kota Malang, Wahid Wahyudi mengatakan, jika raihan salah satu warga yang dapat mengharumkan nama Kota Malang patut diapresiasi. Ia menambahkan, jika hal ini merupakan bukti akan wujud kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.

"Ini wujud kerjasama pemerintah dengan masyarakat karena tatanan yang sehat tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada keselarasan antara program yang dijalankan Pemerintah dengan partisipasi warganya" ujar Wahid Wahyudi melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Rabu (4/4).

Sementara Direktur Utama BPR Tugu Artha, Nyimas Nunin Anisah Baiduri mengatakan jika ajang ini merupakan ajang bergengsi yang harus diikuti.  Ia menambahkan terpilihnya Peni Budi Astuti sebagai motivator penggerak usaha yang ramah lingkungan seperti limbah perca diharapkan mampu menambah peran perempuan-perempuan inspiratif kota malang untuk ikut serta mengharumkan kota malang di kancah Nasional.

 

"Kami bangga binaan kami bisa menembus 20 besar diajang bergengsi dan harapannya semoga Kota Malang bisa memenangkan ajang bergengsi ini dan bisa menambah piagam penghargaan yang bisa dipersembahkan untuk bumi arema tercinta ini," tambah Nunin.

Sebagai informasi, Peni Budi Astuti merupakan pemilik BPR Tugu Artha. Namanya masuk dalam jajaran kategori green microentrepreneur dalam ajang tersebut karena upayanya yang selama ini dilakukan untuk menciptakam usaha ramah lingkungan. Beberapa di antaranya seperti menggunakan bahan daur ulang atau organik, energi terbarukan, sistem manajemen limbah, atau mengurangi emisi karbon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement