REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ajang pencarian bakat tahunan di televisi, Indonesian Idol, memberi inspirasi untuk mencari talenta seni di daerah.

Di Semarang, pencarian sinden-sinden baru akan dilakukan dengan mencontoh program ini.

 Universitas Negeri Semarang mempelopori perhelatan bertajuk Sinden Idol ini. “Ini merupakan wujud ‘konservasi’ yang diupayakan Unnes di lingkup kebudayaan,” tutur Rektor Unnes. Prof Sudijono Sastroatmodjo, Ahad (2/12).

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa FBS Unnes, Yusro Edi Nugroho MHum menjelaskan, Unnes melihat regenerasi pesinden sejauh ini belum begitu diperhatikan.

Kalangan generasi muda, saat ini, cenderung gampang mencari mereka yang menggemari dangdut atau bahkan pop Korea. “Mereka disuruh menyanyi dangdut mungkin jago, tetapi belum tentu untuk nyinden,” ujarnya.

Seperti halnya dengan ajang penggalian bakat yang sudah populer, ajang ini juga melalui fase audisi di beberapa kota seperti Wonogiri, Pati, Kebumen, Magelang, Tegal, dan Semarang.

Dari audisi masing- masing kota, lanjutnya dipilih tiga peserta untuk menjalani karantina. Dari 18 peserta yang masuk karantina selama dua hari (30 November hingga 1 Desember) selanjutnya dieliminasi menjadi 10 peserta.

Ke-sepeluh peserta inilah yang berhak mengikuti Grand Final Sinden Idol 2012  di Auditorium, kompleks kampus Unnes, Sekaran, Kecamatan Gunungpati,  Ahad (2/12) malam.

Setelah melalui tahapan grand final, Lina Rohmiyati (20 tahun) asal Wonogiri terpilih sebagai Sinden Idol 2012. Ia berhak atas trofi Gubernur Jawa Tengah dan berhak atas hadiah utama Rp 20 juta.

Runner up dalam ajang ini direbut Watik (30 tahun), sesama peserta audisi asal Wonogiri yang berhak atas trofi Rektor Unnes plus uang pembinaan Rp 15 juta rupiah.

Sementara, Kebumen menempatkan Eka Suranti (25 tahun) di posisi tiga besar Sinden Idol kali ini, yang berhak atas trofi Ketua DPP IKA Unnes dan uang pembinaan Rp 10 juta.