Rabu 14 Aug 2019 16:35 WIB

Dinas LHK Jateng Imbau Masyarakat Waspadai Kebakaran Hutan

Pemerintah daerah juga diminta lebih mengaktifkan posko pengendalian kebakaran.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Satgas Karhutla Riau melakukan pemadaman bara api kebakaran lahan gambut di Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (13/8/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Satgas Karhutla Riau melakukan pemadaman bara api kebakaran lahan gambut di Kabupaten Pelalawan, Riau, Selasa (13/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah meminta masyarakat sekitar hutan untuk mewaspadai kebakaran hutan dan lahan, terutama saat musim kemarau seperti saat ini. Pemerintah daerah juga diminta lebih mengaktifkan posko-posko pengendalian kebakaran.

Hal itu dikatakan Kepala DLHK Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono, saat apel siaga dalam persiapan menghadapi kebakaran hutan dan lahan di Taman Hutan Raya (Tahura) KGPAA Mangkunegoro I di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (14/8).

Baca Juga

Teguh mengatakan, tahun ini sudah terjadi beberapa kali kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Antara lain di Kebun Bibit Baros di Brebes, hutan lindung Gunung Sumbing di Wonosobo, serta di wilayah KPH Surakarta tepatnya di Wonogiri dan Sukoharjo. Karhutla merupakan kejadian luar biasa dan menjadi perhatian pemimpin negeri.

Menurutnya, apel tersebut lebih menekankan pada pemantapan aparat ataupun masyarakat dalam rangka perlindungan dan pengamanan hutan. Serta meningkatkan kebersamaan, kegotongroyongan dan kesiapan mengamankan hutan di Jawa Tengah.

Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dinilai mempunyai kewajiban yang sama dalam menjaga hutan. Pertama, harus dilakukan sosialisasi khususnya peraturan perundang-undangan. Kemudian, investarisasi permasalahan aktivitas manusia khususnya di sekitar kawasan hutan, dan kerjasama masyarakat dan penegak hukum khususnya HPH. Selain itu, mendorong alternatif mata pencaharian masyarakat sekitar kawasan hutan, serta mengenakan sanksi terhadap pelanggaran hukum.

"Kita memasuki musim kemarau. Kita harus waspada untuk mengantisipasi terjadinya kejadian kebakaran hutan dan lahan terutama di daerah-daerah rawan kebakaran, kita punya Lawu, Merbabu, Sindoro, Suumbing, Prau dan Slamet," paparnya.

Dia menyontohkan kejadian karhutla yang pernah terjadi pada 2015 di Gunung Lawu dan Merbabu. Kemudian pada 2018 kejadian karhutla terulang di Gunung Sindoro dan Sumbing.

Luasan hutan negara di Jawa Tengah mencapai lebih dari 650 ribu hektare. Sedangkan luasan hutan rakyat lebih dari 640 ribu hektare. Luasan hutan negara dan hutan rakyat tersebut posisinya di atas 30 persen dari luas wilayah.

Teguh menyatakan permasalahan terletak pada personel perlindungan hutan. Karenanya, Dinas LHK Jawa Tengah ingin merekrut masyarakat yang peduli masalah hutan untuk bersama-sama mengatasi masalah kebakaran hutan di Jawa Tengah. Dia juga meminta kepafa dinas terkait untuk membuka posko di kantor masing-masing.

Saat ini Dinas LHK Jateng sudah membentuk komunitas masyarakat peduli api (MPA) dan masyarakat mitra peduli hutan (MMPH) di beberapa wilayah khususnya yang mempunyai potensi karhutla. Dia minta MPPH dan MPA yang sudah terbentuk untuk bekerja secara optimal. "Lurah camat kami minta untuk membina warga di sekitar hutan agar turut serta aktif di dalam menjaga kebakaran hutan dan lahan," imbuhnya.

Menurutnya, selama ini MPA, MPPH, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan instansi terkait sudah siap melaksanakan kegiatan yang menyangkut masalah kebakaran hutan dan lahan di Jawa Tengah. Sinergitas juga sudah dilaksanakan instansi-instansi tersebut.

Dia merinci, ada tiga penyebab kebakaran hutan dan lahan, yakni ketidaktahuan masyarakat, akibat percikan, serta ada unsur kesengajaan. Misalnya di Kebun Bibit Brebes terjadi kebakaran karena adanya ranting-ranting kemudian ada orang kurang sehat membakar ranting di tepi jalan dan merembet pada tanaman di kebun bibit. Tantangan karhutla di musim kemarau ada dua, yakni menyediakan air dan padamkan api.

"Titik hotspot yang sudah terdeteksi akan menjadi prioritas utama agar kebakaran tidak meluas. Harapan kami, Agustus puncak musim kemarau, seperti predikai BMKG maka September sudah ada potensi turun hujan," ucapnya.

Dia memproyeksisi, titik rawan kebakaran yang harus diantisipasi di Jawa Tengah antara lain, Gunung Merapi, Sindoro, Sumbing, dan Lawu. Sebab, di pegunungan ada daerah kering yang alami dan tidak bisa ditanami tumbuh-tumbuhan seperti daerah sabana.

"Di situlah teman-teman MPA harus proaktif pada saat ada pendaki harus memberikan pembekalan-pembekalan apa yang boleh dibawa saat pendakian. Harapannya hutan akan terjaga kalau ada penjaga dari kita dan yang menggunakan," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement