Sabtu 11 Apr 2020 11:45 WIB

Tak Ada Anomali Muka Laut Saat Erupsi Gunung Anak Krakatau

Tidak ada anomali perubahan muka laut

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Esthi Maharani
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat.
Foto: Kementerian ESDM
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan erupsi Gunung Anak Krakatau tidak memicu terjadinya tsunami. Hal itu dinyatakan berdasarkan hasil pemantauan permukaan laut yang dilakukan menggunakan radar tsunami di Pantai Banten dan Pantai Lampung.

"Erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam pada 10 April 2020 pukul 21.58 WIB tidak memicu terjadinya tsunami," jelas Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsuinami BMKG, Daryono, kepada Republika, Sabtu (11/4).

Hal tersebut ia sampaikan setelah melakukan pemantauan terhadap radar tsunami yang berada di Pantai Banten dan Pantai Lampung. Ia menjelaskan, hasil pemantauan yang dilakukan sejak Jumat malam hingga Sabtu pukul 05.00 WIB dengan menggunakan tide gauge dan radar wera menunjukkan tidak adanya anomali di permukaan laut.

"Hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut," kata dia.

Pun demikian dengan hasil pemantauan dengan menggunakan radar wera yang berlokasi di Kahai, Lampung, dan Tanjung Lesung, Banten. Dari radar wera itu juga tidak menunjukkan adanya anomali permukaan laut.

Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Jumat (10/4) malam. Akun Twitter @infomitigasi mengabarkan pada Sabtu pukul 00.53 WIB, gunung berapi aktif itu masih memuntahkan isi perutnya.

Sementara itu, laman Magma Kementerian ESDM menyebutkan, letusan Gunung Anak Krakatau terjadi dua kali pada Jumat. Letusan pertama terjadi pukul 21.58 WIB," demikian laporan laman Magma Kementerian ESDM.

Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 200 m di atas puncak Gunung Anak Krakatau, sekitar 357 m di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah selatan.

Erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda, antara Jawa dan Sumatra, terekam di seismograf dengan amplitude maksimum 40 mm dan durasi 72 detik. Sementara itu,  letusan kedua terekam pada pukul 22.35 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 500 m di atas puncak, kurang lebih 657 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal kea rah utara. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dengan durasi 2248 detik.

PVMBG menyebut, Gunung Anak Krakatau berada di tingkat aktivitas Level II (Waspada). Masyarakat atau wisatawan direkomendasikan tidak mendekati kawah dalam radius dua km dari kawah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement