Kamis 27 Jan 2022 20:26 WIB

Penanganan Stunting Dapat Dimulai dari Data

Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak.

Red: Budi Raharjo
Refleksi pengendara motor melintas di dekat mural stunting di Jakarta. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Refleksi pengendara motor melintas di dekat mural stunting di Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan angka stunting dapat ditangani dengan tepat dimulai dari data, yang kemudian diolah atau dituangkan dalam penyusunan strategi. Hal itu disampaikan Kepala BKKBN, dr H Hasto Wardoyo, dalam webinar yang berjudul 'Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan'.

Salah satu langkah dini yang bisa diambil, menurut dr Hasto, adalah bekerja sama dengan Kementerian Agama dan jajarannya. Kerja sama ini untuk mengidentifikasi calon pasangan yang menikah dan mengadakan pemeriksaan tiga bulan sebelum pernikahan.

Pemeriksaan itu untuk mengecek lingkar lengan atas, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan HB. "Mulai dari empat pemeriksaan itu yang akan menjadi program wajib," ujar Hasto.

Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, Dr Dhian P Dipo MA menyatakan target penurunan stunting harus ditangani dengan kerja sama, kerja keras, dan kerja nyata agar tercapai. Ada dua hal intervensi dalam penurunan angka stunting, yaitu intervensi spesifik dan sensitif.

"Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab di intervensi spesifik, yaitu penguatan kapasitas SDM mulai dari tenaga kesehatan, guru hingga perangkat desa agar bisa melakukan tindak lanjut dengan tepat saat menemui kasus di lapangan," ujar Dhian. 

Tengkes atau stunting merupakan kekurangan gizi yang dialami anak pada seribu hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Indonesia menargetkan penurunan jumlah kasus stunting sebesar 14 persen pada 2024. Adapun data tahun 2019 menunjukkan jumlah kasus stunting masih sebesar 27,67 persen. 

Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental dan rendahnya kemampuan belajar. Lebih jauh stunting dapat menghambat pembangunan bangsa dan mengakibatkan jutaan orang di bawah kemiskinan yang seharusnya bisa dihindari.

Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan pihaknya mendukung gerakan pemerintah mencegah dan mengatasi stunting. Berbagai langkah upaya dilakukan dengan berkolaborasi dengan para stakeholder untuk menjawab tantangan ini. 

Selaku sektor swasta, perusahaan multinasional ini ikut berkontribusi meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang isu kesehatan dan nutrisi. Membangun kesadaran publik akan pentingnya gizi seimbang, serta mendorong kreativitas dalam menjalankan pola hidup sehat maupun inovasi dalam hal kesehatan.

"Inisiatif ini kami lakukan dimulai dengan membangun area kerja yang ramah keluarga hingga berbagai inisiatif berupa edukasi nutrisi dan gizi kepada masyarakat melalui berbagai program yang kami jalankan," kata Arif.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement