REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Jawa Barat menyatakan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS)di Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Sehingga di tahun 2014 kasus IMS menjadi tertinggi se-Priangan Timur. Serta menduduki peringkat keenam setelah Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Sukabumi, dan Kota Cirebon.
Menurut Pengelola Program KPA Jawa Barat Landry Kusmono, penderita IMS di Kota Tasikmalaya cukup bervariasi. Namun, penyumbang terbanyak berasal dari kalangan Lelaki Suka Lelaki (LSL) termasuk di dalamnya waria dan gay. "Kalangan Ibu Rumah Tangga juga penderita terbanyak IMS," jelas Landry, saat dihubungi via telepon, Minggu (24/8).
Walaupun peringkat IMS Kota Tasikmalaya sangat tinggi. Kata Landry angkat tersebut tidak mencerminkan buruknya pencegahan IME di Kota Santri itu. Karena data tersebut diperoleh berdasarkan penderita IMS yang memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit. Maka tidak menutup kemungkinan kota lain yang memiliki jumlah penderita IMS lebih banyak. Namun angkanya tidak diketahui, lantaran sedikitnya penderita yang memeriksakan diri.
Apalagi di Kota Tasikmalaya ini tidak terlalu luas, dan tempat yang menyediakan layanan IMS sudah banyak. Sehingga bisa dikatakan penderita IMS di kota Tasikmalaya ter-cover. "Tapi IMS ini seperti fenomena gunung es, artinya bisa jadi penderita yang tidak terdata jauh lebih banyak," ujar Landry.
Sebelumnya, saat sosialisasi penanggulangan HIV-AIDS, Landry menjelaskan penyebab LSL dan Ibu Rumah Tangga (IRT) paling banyak terjangkit IMS. karena kurangnya pengetahuan untuk mencegah penyakit tersebut. IMS menular melalui transmisi seksual yang tidak aman karena kesalahan pakai alat pengaman atau tidak menggunakannya sama sekali.
Sedangkan pada IRT, kebanyakan disebabkan karena tertular dari suaminya yang gemar melakukan hubungan seksual dengan perempuan lain. Sementara IRT yang bersangkutan tidak mengetahui aktivitas suaminya. Apalagi, kebanyakan pasangan kerap berhubungan tanpa menggunakan alat pengaman. Hal itu juga memperbesar risiko penularan IMS.
Sementara Pengelola Program HIV-AIDS. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Ari Kusmara, kasus IMS pada tahun ini mengalami peningkatan. Bahkan peningkatannya mencapai100 persen dari tahun sebelumnya. Adapun penyebabnya karena semakin banyak penderita IMS yang sadar dan mau memeriksakan dirinya.
Kemudian, juga disebabkan masih banyaknya pelaku seks berisiko di kota tersebut. Indikatornya yakni banyaknya permintaan terhadap obat yang digunakan untuk penyakit tersebut. Namun, mereka enggan memeriksakan diri ke puskesmas atau ke rumah sakit. "Diperkirakan, para penderita IMS yang memeriksakan diri dan terdata hanya sekitar 20 persen saja dari total penderita IMS di Kota Tasikmalaya," tutur Ari.