REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Pemerintah Iran menyebut telah menembak drone atau pesawat tak berawak milik Israel. Drone tersebut terbang di dekat lokasi pengayaan nuklir Natanz.
Dilansir dari laman BBC, Revolutionary Guards mengatakan telah menembakkan misil mereka ketika drone milik Israel tersebut mendekati wilayah Natanz yang jaraknya sekitar 300 km dari selatan ibukota Teheran. Namun, dalam pernyataan tersebut tidak disebutkan kapan drone telah ditembak jatuh serta bagaimana mereka mengetahui bahwa drone tersebut milik Israel.
"Pesawat yang dijatuhkan tersebut terbang tersembunyi, dan merupakan tipe pesawat yang dapat mengelak radar, serta digunakan untuk memasuki wilayah nuklir di Natanz. Namun kemudian telah ditembak oleh misil sebelum drone tersebut memasuki wilayah itu," kata kantor berita ISNA mengutip pernyataan Revolutinary Guards.
"Tindakan ini merupakan tindakan baru yang dilakukan oleh rezim Zionis. Revolutionary Guard dan pasukan militer lainnya berhak merespon tindakan tersebut," tambah pernyataan itu, dikutip dari Aljazeera.
Sejumlah negara kuat dunia saat ini diketahui tengah melakukan negosiasi dengan Iran terkait program nuklirnya. Teheran selama ini masih kukuh ingin mengembangkan kemampuan nuklirnya untuk tujuan perdamaian. Namun, sejumlah kritikan, termasuk Israel, mengatakan langkah Iran ini merupakan awal dari pembuatan senjata nuklir.
Dulu, Israel diketahui sering kali mengancam akan menyerang bangunan nuklir Iran. Juru bicara militer Israel saat dikonfirmasi tak ingin memberikan tanggapannya terkait laporan tersebut.
Program nuklir Iran selama ini menjadi target spionase dan upaya sabotase. Teheran juga menyebutkan telah menahan sejumlah drone milik AS yang telah melanggar wilayah udaranya beberapa tahun yang lalu. Pada 2011, Iran telah menangkap drone Sentinel RQ-170 yang merupakan tehnologi canggih milik CIA.
Natanz merupakan tempat pengayaan uranium utama Iran dan terdapat lebih dari 16 ribu mesin sentrifugal. Sebelumnya, Iran bersama dengan negara P5+1 telah mencapai kesepakatan yang menyebutkan Iran harus menangguhkan kegiatan nuklirnya. Sebagai imbalannya, sejumlah sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap Iran pun dihapuskan.
Pada Juli, kesepakatan tersebut diperpanjang selama empat bulan hingga 24 November sehingga kedua belah pihak dapat kembali melakukan negosiasi. Sayangnya, kedua belah pihak masih belum mencapai kesepakatan terkait seberapa banyak Irak diperbolehkan melakukan pengayaan uraniumnya.