Senin 25 Aug 2014 16:40 WIB

Sekelompok Orang Tolak Bank Syariah, Ini Klarifikasi Bendesa Agung MUDP Bali

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Erik Purnama Putra
Jro Gde Putus Upadesa
Foto: www.voaindonesia.com
Jro Gde Putus Upadesa

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Protes sekelompok orang terhadap keberadaan bank syariah di Bali, tidak mewakili keseluruhan umat Hindu atau masyarakat Bali. Bendesa Agung (Ketua) Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali, Jro Gde Putus Upadesa menyatakan, protes itu oleh sekelompok orang saja.

"Apa yang mau mereka protes atau dilarang. Bank Syariah itu ada undang-undangnya dan Bali sebagai bagian dari bangsa Indonesia, harus menghormati undang-undang itu," kata Jro Gde di Denpasar, Senin (25/8).

Di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan majelis desa adat, menjawab Republika, Jro Gde mengatakan, umat Hindu tidak melarang atau melawan apa pun yang sudah didasari undang-undang (UU). Jadi kalau ada yang biacara memprotes produk UU seperti perbankan syariah, itu adalah protes pribadinya dan tidak mewakili atau bukan suara hati dari ummat Hindu secara keseluruhan.

Bendesa Agung Desa Pakraman Bali itu menegaskan, Bali adalah daerah terbuka. Masyarakatnya kata Jro Gde, juga sangat terbuka dengan kedatangan etnis atau masyarakat yang beragama lain. Karena itu dia menekankan, untuk menjaga kerukunan umat dan antarumat, perlu adanya sikap saling menghormati sebagai sebuah bangsa Indonesia.

"Mari bersama-sama menjaga Bali, jangan dirusak. Karena kita semuanya nanti yang akan rugi. Jangan mau diganggu oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan," katanya.

Sebagai wujud kebersamaan antara umat di Bali sebut Jro Gde, ada Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) yang menjadi tempat bagi untuk membicarakan bersama-sama masalah antara ummat. Selain itu katanya, ada juga Paguyuban Etnis Nusantara yakni tempat berkumpulnya wakil dari berbagai etnis yang ada di Bali.

Bahkan sejalan dengan arahan Gubernur Made Mangku Pastika jelas Jro Gde, siapa pun yang tinggal di Bali dapat dikatakan sebagai warga Bali keturunan. Ada warga Bali keturunan Jawa, keturunan Sunda keturunan Lombok atau keturunan NTT.

Sebelumnya, dalam acara halal bihalal yang digelar oleh MUI Bali di Dnpasar akhir pekan lalu, Gubernur Pastika menyebutkan, kekerabatan umat Islam dan ummat Hindu di Bali sudah terjalin sejak lama. Bahkan umat Hindu juga ada yang menggunakan terminologi-terminologi Islam dalam sarana peribadatannya.

"Dalam sarana persembahyangan ummat Hindu ada yang menggunakan nama Ratu Makkah," kata Pastika.

Makkah adalah kota suci ummat Islam, tempat berdirinya Kabah, di mana umat Islam menunaikan ibadah haji.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement