Selasa 26 Aug 2014 09:01 WIB

Purnatugas, Sjafrie Ingin Pelajari Seni Perang Sun Tzu

Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin berbincang dengan Menhan AS Chuck Hagel di Kemenhan, Senin (26/8).
Foto: Antara
Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin berbincang dengan Menhan AS Chuck Hagel di Kemenhan, Senin (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, QINGDAO -- Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, akan mendalami seni perang filsuf dan ahli militer Tiongkok Sun Tzu, saat dirinya purnatugas dari perannya di pemerintahan.

"Saya mengenal seni perang Sun Tzu bukan baru kemarin, tetapi sejak saya letnan satu," ungkap pria lulusan Akademi Militer 1974 tersebut, dalam perbincangan dengan Antara di Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, Selasa (26/8).

Ia menilai teori seni perang Sun Tzu yang ditulis pada 2.500 tahun silam itu masih sangat relevan dengan situasi kekinian, tidak saja di ranah militer tetapi juga politik, diplomasi, ekonomi, serta bidang lainnya.

"Bahkan sejak perang kemerdekaan hingga kini, teori Sun Tzu sebagian telah menginspirasi para pejuang dan militer Indonesia dalam menggelar operasinya. Panglima Besar Sudirman juga terinspirasi dengan teori Sun Tzu," kata Sjafrie yang sempat mengkomandani operasi di Timor-Timur pada 1976.

Nilai-nilai filosofi yang sangat strategis dalam teori Sun Tzu, sedikit banyak juga menginspirasi atau mewarnai keputusan taktis mantan panglima Kodam Jaya itu, saat menangani konflik di Timor-Timur, Aceh dan beberapa operasi lainnya.

"Karena itu, saat nanti saya tidak lagi duduk di pemerintahan, saya akan mendalami teori Sun Tzu, termasuk memperbandingkan dan menyandingkannya dengan nilai-nilai yang dianut Panglima Besar Sudirman," tutur mantan kepala Puspen TNI itu.

Sjafrie yang sempat dipercaya sebagai sekjen Kementerian Pertahanan tersebut mengaku selama ini mempelajari teori-teori Sun Tzu secara otodidak, learning by doing.

Saat purna tugas pria kelahiran Makassar itu akan mendalami teori Sun Tzu dengan belajar langsung kepada para pengamat, praktisi militer di Tiongkok, sambil memperbandingkannya dengan ahli militer lainnya serta menyeleksinya sesuai dengan kepentingan Indonesia.

Sjafrie menyatakan, ada beberapa teori Sun Tzu yang aplikatif bagi kepenntingan Indonesia, namun ada juga teori yang tidak bisa diterapkan Indonesia bagi kepentingan nasionalnya.

"Semisal, Sun Tzu mengungkapkan perlunya untuk mencari dan menghimpun sekutu sebanyak-banyaknya. Indonesia tidak menganut itu, politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif, karena itu Indonesia tidak membuat atau terlibat dalam pakta pertahanan," tutur Sjafrie.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement