REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ketika Australia bergulat dengan tantangan untuk merehabilitasi tambang tua, Jerman telah mengambil langkah yang sama sekali berbeda. Caranya dengan membersihkan bekas tambang batubara tua menjadi kumpulan danau.
Dr Friedrich von Bismark dari Agensi Gabungan Pemerintah untuk Rehabilitasi Tambang Batubara mengatakan, masalah yang ada di area bekas tambang itu sangatlah besar.
“Bekasnya terlihat seperti permukaan bulan. Kami punya proyek sela yang di dalamnya berisi tur berpemandu, yakni perjalanan ke planet Mars!,” tuturnya.
Proyek pembersihan bekas tambang ini diperkirakan mencapai 21 miliar dolar, yang sepakat dibayar oleh pemerintah Jerman. Setelah periode konsultasi, diputuskan bahwa solusi terbaik adalah untuk menstabilkan lahan dan dinding lubang tambang serta membuat danau besar di dalam cerukan kosong bekas tambang.
Semua rencana itu dihubungkan bersama dan disambungkan dengan jaringan sungai negara ini, yang kemudian menciptakan wilayah rekreasi di mana potensi pariwisata telah tumbuh subur.
Menurut Dr Friedrich, danau-danau tersebut membawa manfaat tambahan, berfungsi sebagai sistem mitigasi banjir yang telah menghemat anggaran pemerintah sebesar puluhan juta dolar. Tentu saja rencana rehabilitasi tak selamanya mulus. “Kami juga mengalami masa-masa sulit. Kami menyaksikan tanah longsor di area yang tak pernah diprediksi para ahli, tapi kini kami lebih mengetahui dan bisa menghindarinya di kemudian hari,” jelas Dr. Fiedrich.
Yang mengejutkan, menurut Dr Fiedrich, kontaminasi air bukanlah sebuah masalah. Ia mengatakan, mereka belajar dari pengalaman seiring dengan berjalannya berbagai proyek rehabilitasi bekas tambang. “Kami punya cara untuk mengatasinya. Kami punya banyak lahan uji coba, 224 lahan kosong, besar dan kecil, dan Jerman akan memiliki danau yang jumlahnya lebih banyak 20% ketika kami menyelesaikan tugas ini,” terangnya.
Dengan tersedianya banyak air untuk melarutkan kontaminasi apapun dan sedikit kekhawatiran tentang kadar garam, Jerman tak menghadapi tantangan yang sama dengan Australia.
Peter Barton dari perusahaan ‘Kleinfelder’, adalah mantan penjabat di perusahaan tambang China ‘Yancoul’.
Ia mengatakan, proyek vegetasi di negaranya sungguh mahal dan penggunaan alternatif atas bekas tambang tua sangat layak untuk dipertimbangkan. Ia mencontohkan proyek tambak lokal ‘Yancoal’ di sebuah bekas tambang di Australia Barat.
Meski demikian, Peter memperingatkan bahwa lingkungan di Australia berbeda dengan di Jerman dan “Ada persyaratan khusus yakni pengendalian lingkungan di wilayah sungai dan harus bisa melestarikan flora dan fauna.”
Kembali ke kasus Jerman, sejumlah tanaman baru, seperti anggur, ditanam untuk pertama kalinya di area bekas tambang. Data ekonomi juga terlihat membaik, dengan wilayah bekas tambang yang kini menarik lebih banyak investasi dan lapangan kerja ketimbang rata-rata nasional.