REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sejumlah pakar mengingatkan kalangan orang tua jika sejumlah aplikasi yang mengklaim mampu membantu anak-anak belajar hanya memberikan sedikit manfaat pendidikan. Buktinya, hasil ujian nasional terbaru menunjukkan siswa Tasmania memiliki kemampuan baca tulis jauh dibawah rata-rata.
Para peneliti pendidikan mengatakan guru dan orang tua saat ini lebih memilih merangkul teknologi sebagai salah satu cara untuk mengubah hasil tersebut. Namun demikian, para peneliti mengingatkan kalau tidak semua teknologi pendidikan memiliki manfaat sebagaimana yang diharapkan pada penciptanya.
Peneliti pendidikan Michelle Somerton mengatakan saat ini pasar dibanjiri oleh beragam aplikasi yang mentargetkan anak-anak dan banyak yang mengklaim memiliki manfaat bagi pendidikan anak. "Meski demikian, kita tidak begitu mengetahui pasti apakah perangkat ini, perangkat pembelajaran baru seperti teknologi di telepon selular benar-benar bisa memberikan manfaat belajar yang nyata,” katanya, baru-baru ini.
Sebagai bagian dari kajian PhD, Somerton mendapati kalau kebanyakan aplikasi yang dipasarkan sebagai media pembelajaran ternyata lebih berfungsi sebagai perangkat permainan atau games.
"Mereka tidak memiliki strategi khusus seperti yang dilakukan para pendidik di kelas,” katanya.
Somerton bekerjasama dengan seorang pengembang software lokal, Rob Vernon, untuk merancang aplikasi keaksaraan sendiri, berdasarkan buku cerita anak-anak berusia satu abad.
"Kami menghabiskan banyak waktu untuk mengidentifikasi bagaimana penonton dan seperti apa program aplikasi pendidikan yang saat ini dipasarkan,” katanya.
Aplikasi ini telah diujicobakan pada anak berusia 9 sampai 11 tahun mengubah tampilannya dari buku-buku bergambar ke novel.
Menurut Somerton masa itu merupakan tahapan dimana bahkan anak yang sudah memiliki kemampuan membaca bagus saja bisa kesulitan memahami bacaan.
Sebuah studi percontohan menghasilkan temuan yang menggembirakan dan aplikasi ini sekarang sedang diuji coba untuk anak autis.
Seorang guru pendidikan anak usia dini juga telah berhasil menemukan cara untuk menggunakan teknologi di kelas mereka dan juga di rumah.
Andrea Potter seorang guru telah mengembangkan serangkaian buku elektronik murah bagi keluarga yang tidak mampu menghadirkan buku-buku dalam bentuk nyata.
"Mereka hanya harus tahu sepuluh kata saja dan mereka tidak akan gentar jadi saya ingin membuatnya menjadi cara yang sangat mudah untuk belajar, "katanya.
Somerton mengatakan orang tua seharusnya tidak terburu-buru dalam membeli alat pembelajaran online.
"Saran saya kepada setiap orang tua adalah untuk membahas hal ini dengan guru kelas anaknya," katanya.
Dia mengatakan konsultasi dengan guru dan para ahli lainnya akan memastikan orang tua bisa memanfaatkan teknologi yang tepat untuk memberikan anak-anak mereka awal terbaik untuk pendidikan mereka.