Rabu 27 Aug 2014 04:34 WIB

AS Sebut Mesir dan UEA Penyebab Serangan di Libya

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Fernan Rahadi
A tank belonging to the Western Shield, fires during a clash with rival militias in west of Tripoli, Friday. The worst violence since the 2011 rebellion in Libya has triggered human trafficking. (Illustration)
Foto: Reuters/stringer
A tank belonging to the Western Shield, fires during a clash with rival militias in west of Tripoli, Friday. The worst violence since the 2011 rebellion in Libya has triggered human trafficking. (Illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer Amerika Serikat (AS) percaya bahwa pemerintahan Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) bertanggung jawab atas serangkaian serangan udara baru-baru ini di faksi-faksi Islam di Libya. Juru Bicara Pentagon, Laksamana John Kirby mengungkapkan pada Selasa (27/8) waktu setempat.

Meski demikian, Kirby menolak memberikan rincian mengapa pemerintahan Presiden Barack Obama percaya bahwa kedua negara Timur Tengah itulah yang meluncurkan serangan misterius.

Tiga tahun setelah pemberontak menggulingkan diktator lama, Muammar Gaddafi, Libya tenggelam lebih dalam menuju kekacauan yang disebabkan faksi bersenjata. Mereka menghidupkan pertempuran di berbagai kota dan saling bersaing merebut kekuasaan.

Dilansir dari The Guardian, Rabu (27/8), AS mengklaim bahwa Mesir dan UEA berada di balik serangan udara terhadap milisi Islamis di Libya pekan lalu . Pilot UEA terbang dari pangkalan udara Mesir diduga sebanyak dua kali dan membidik pejuang-pejuang Islam yang saling berebut menguasai ibu kota Libya, Tripoli.

Akan tetapi, serangan udara tersebt gagal menghentikan pergerakan milisi Islam sebab mereka melarikan diri ke timur Kota Tobruk.

Jika tuduhan AS itu benar, Mesir dan UAE sekarang ini benar-benar ingin memperluas kampanye di luar perbatasan mereka. Langkah ini bisa mengubah Libya menjadi perang proxy antara pemerintah terpilih negara itu, yang didukung oleh UEA dan Mesir, dan milisi Islamis yang didukung oleh Qatar bersama negara Teluk lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement