UREPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasokan air baku di Jakarta tak sepadan dengan kebutuhan air bersih di Ibu Kota. Di Jakarta, air bersih perpipaan yang dikelola oleh dua perusahaan, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aerta.
Menurut Vice President Director Palyja, Herawati Prasetyo, kebutuhan air baku untuk diproses menjadi air bersih sebanyak 26,1 juta meter kubik per detik. Sementara ketersediannya hanya ada 17 juta meter kubik. Padahal, kebutuhan akan air bersih dari tahun ke tahun terus meningkat.
Saat ini, pasokan air baku Palyja terbanyak dari dari Saluran Kanal Barat (60 persen) dan 35 persen dari Tangerang. Sisanya disumbang dari sumber air di Jakarta melalui Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cilandak dan Taman Kota. "Dari tahun 1998 penambahannya tidak signifikan," ujar Herawati.
Kebutuhan pasokan air baku yang mencukupi sejatinya menjadi hal utama dalam proses pengelolaan air bersih yang dilakukan Palyja. Tapi sejak Palyja berdiri tahun 1998, menurut Herawati, pemerintah belum menambah pasokan air baku. Meski beberapa proyek sudah dicanangkan, tapi tak juga terealisasi.
Vice President Director Palyja, Herawati Prasetyo (Foto: Fian Firatmaja)
Untuk mengakali kebutuhan tersebut yang dilakukan Palyja salah satunya adalah menekan angka kebocoran air. Hingga 2013, Palyja berhasil menekan angka kebocoran air hingga 2,5 juta meter kubik atau sekitar 39,84 persen. "Harus diadakan upaya dari pemerintah pusat dan daerah. Saya harap pemerintah pusat memberikan perhatian khusus untuk ini," tambahnya.