REPUBLIKA.CO.ID, ACCRA -- Negara-negara Afrika Barat harus membuka kembali perbatasan dan mengakhiri larangan penerbangan yang dikenakan dalam upaya menghentikan penyebaran wabah Ebola yang telah menewaskan lebih dari 1.550 orang.
Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) menyatakan negara-negara ECOWAS dan maskapai penerbangan akan mengambil keputusan sendiri apakah akan membuka kembali perbatasan dan mengakhiri larangan penerbangan mereka.
Dalam kajian Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa dikatakan, wabah Ebola di Afrika Barat saat ini bisa menginfeksi lebih dari 20 ribu orang. WHO mengeluarkan rencana strategis untuk memerangi wabah tersebut di empat negara Afrika Barat dimana jumlah kasus sebenarnya bisa jadi sudah dua hingga empat kali lebih tinggi dari yang dilaporkan sebanyak 3.069 kasus. Jumlah korban tewas tercatat 1.552 orang.
"Peta jalan ini mengasumsikan bahwa di banyak wilayah dengan penularan cepat, jumlah kasus sebenarnya kemungkinan 2-4 kali lipat lebih besar dari yang dilaporkan saat ini. Diakui bahwa jumlah keseluruhan kasus virus Ebola bisa melampaui 20 ribu selama masa darurat ini," kata WHO.
Wabah yang dimulai di Guinea pada Maret dan menyebar ke negara tetangga di Liberia dan Sierra Leone serta Nigeria itu membutuhkan respon internasional yang masif dan terkoordinasi. Wabah Ebola secara terpisah di Republik Demokratik Kongo diidentifikasi berasal dari strain berbeda, tidak termasuk dalam catatan korban jiwa itu.
"Aktivitas tanggapan harus diadaptasi di wilayah-wilayah dengan penularan sangat tinggi dan perhatian khusus harus diberikan upaya penghentian penularan di ibu kota serta pelabuhan utama, oleh karenanya bisa memfasilitasi upaya tanggapan dan bantuan yang lebih luas," kata WHO.
Virus tersebut masih menyebar di sejumlah daerah, memperparah kondisi sosial ekonomi yang rentan dan telah menewaskan sejumlah pekerja medis, kata badan tersebut.
Rencana lebih luas yang dipimpin PBB yang diluncurkan akhir September nanti "diharapkan meningkatkan dukungan bagi masalah yang semakin akut terkait dengan keamanan pangan, perlindungan, air, sanitasi dan kebersihan, rawatan kesehatan primer dan sekunder serta upaya pemulihan jangka panjang yang akan dibutuhkan," kata WHO.