REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak negara-negara yang tergabung dalam Aliansi Peradaban PBB (UNAOC) mendorong kerja sama kepemudaan, media, migrasi dan pendidikan untuk memerangi prasangka, ketidakpedulian, ekstrimisme dan ketidakadilan di seluruh penjuru dunia.
"Tentu saja ada kebatasan pada apa yang dapat dilakukan Aliansi, namun jika kita dapat mencapai kemajuan substantif di empat pilar kerja sama itu maka Aliansi kita akan membuat perubahan," kata Presiden Yudhoyono di hadapan para utusan negara-negara peserta pertemuan ke-6 Forum Global UNAOC di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Menurut dia, ada beberapa hal konstruktif yang dapat dilakukan oleh Aliansi untuk menciptakan harmoni peradaban, antara lain dengan cara memulihkan kepercayaan strategis antar-negara, mendorong rekonsiliasi, dialog serta memanfaatkan teknologi internet dan diaspora.
"Anda akan mengira setelah lebih dari 180 juta kematian dan kelaparan, penyakit serta kesengsaraan yang terjadi akibat konflik bersenjata di abad 20, umat manusia akan meninggalkan perang untuk selamanya. Tapi ternyata tidak," katanya.
Ia kemudian mengutip sejumlah kecenderungan negatif dalam beberapa waktu terakhir antara lain memburuknya hubungan antara negara-negara kekuatan dunia, meningkatnya persaingan antar-negara di sejumlah kawasan, krisis Ukraina, konflik Israel-Palestina dan meningkatnya Islamophobia.
"Sejumlah pihak mengatakan semua ini menuju 'perang dingin baru', namun, bagi saya ini seperti 'perdamaian yang panas'. Dan ini tidak akan mereda dengan sendirinya. Di sinilah komunitas internasional dan UNAOC dapat memainkan peran penting untuk membantu mengatasi situasi yang mengkhawatirkan ini," katanya.
Turut menyuarakan seruan untuk menghindari bentrokan antar-peradaban pada forum itu antara lain Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Menlu RI Marty Natalegawa, dan Utusan PBB untuk UNAOC Abdulaziz Al-Nasser.