REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan intensif Israel yang berlangsung selama lima puluh hari di Jalur Gaza meninggalkan duka mendalam. Kini, banyak anak-anak di Gaza yang harus menjadi yatim piatu akibat pertempuran berdarah tersebut.
Kini, lebih dari ratusan anak-anak di Gaza harus menghadapi masa depan tanpa orang tua mereka. Bahkan, beberapa dari anak juga terpaksa menjadi pengganti orang tua, untuk adik-adik mereka.
Seperti yang terjadi pada seorang anak bernama Amir Hamad. Ia yang berusia 11 tahun itu, kini harus menerima kenyataan bahwa nanti adik-adiknya, terutama yang masih bayi memanggilnya dengan sebutan ayah. Amir adalah anak sulung dan memiliki empat adik kandung.
"Saya lebih baik mati daripada harus hidup tanpa ayah dan ibu saya," ujar Amir kepada AFP, Jumat (29/8).
Orangtua Amir meninggal saat serangan Israel berlangsung bulan Ramadhan lalu. Saat itu, orangtua Amir sedang meminum kopi, setelah waktu buka puasa tiba. Dalam hitungan detik, tiba-tiba serangan udara Israel mengenai rumah mereka yang berada di Gaza Utara.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sebanyak 2140 warga Palestina yang berada di Gaza tewas akibat serangan intensif Israel. Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua. Lebih dari 11.200 lainnya hingga saat ini mengalami luka-luka.