REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kekurangan air yang terjadi pada areal sawah di musim kemarau saat ini telah membuat tanaman padi terancam mengalami puso atau gagal panen. Untuk menghindarinya, sebagian petani akhirnya memilih panen dini.
Ada empat kecamatan di Kabupaten Indramayu yang terpaksa panen dini. Yakni Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Karangampel dan Krangkeng.
"Kalau menunggu sampai waktu panen, tanaman padi saya ini bisa mati kekeringan," ujar seorang petani asal Kecamatan Juntinyuat, Rasnadi, Ahad (31/8).
Menurut Rasnadi, dalam kondisi normal, tanaman padi baru dipanen setelah berumur 100 hari. Namun saat ini, umur tanaman padinya baru 85 hari. Para petani pun terpaksa harus memilah tanaman padi yang benar-benar bisa dipanen.
Rasnadi menjelaskan, hal itu terpaksa dilakukan karena tidak ada lagi harapan bisa mendapat air. Dia mengatakan, saluran irigasi dari bendung Rentang yang mengalir melalui sungai di daerahnya kini telah mengering.
Rasnadi mengaku, hasil yang diperoleh dari panen dini sangat merugikan. Dalam kondisi normal, tanaman padi yang dipanen bisa mencapai enam sampai tujuh ton per hektare. Namun saat ini, panen yang diperolehnya hanya sekitar dua ton per hektare.
Wakil Ketua Kontak Tani nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya panen dini yang dilakukan sejumlah petani di empat kecamatan tersebut. Dia memperkirakan, lahan yang mengalami panen dini itu sekitar ratusan hektare.
Sutatang menerangkan, lahan pertanian di empat kecamatan itu masuk daerah layanan irigasi golongan empat. Sebenarnya, lahan tersebut tidak direkomendasikan untuk ditanami padi pada musim gadu (kemarau). Namun, para petani memaksakan diri tetap menanam padi meski ancaman kekeringan menghadang.
‘’Sumber airnya dari bendung Rentang, Majalengka. Saat musim kemarau seperti sekarang, debit airnya tidak cukup untuk mengalir hingga ke daerah golongan empat,’’ kata Sutatang.