Senin 01 Sep 2014 23:19 WIB

Masyarakat Hanya Tahu Raskin, BLT dan Jamkesmas

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Politisi PDIP Maruarar Sirait didampingi Direktur Eksekutif LSI Kuskrido Ambardi saat rilis survei nasional bertema Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Harapan Publik terhadap Pemerintahanan Jokowi-JK di Jakarta, Senin (1/9).(Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Politisi PDIP Maruarar Sirait didampingi Direktur Eksekutif LSI Kuskrido Ambardi saat rilis survei nasional bertema Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Harapan Publik terhadap Pemerintahanan Jokowi-JK di Jakarta, Senin (1/9).(Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas masyarakat Indonesia hanya mengetahui beberapa program pemerintah yang bertujuan mengurangi kesenjangan berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dilaksanakan pada 27 Mei-4 Juni 2014.

Tiga program yang paling diketahui masyarakat yakni beras untuk keluarga miskin (Raskin) diketahui sebanyak 54,3% responden, Bantuan Langsung Tunai (BLT) 31,8% responden, dan jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) 25,2% responden.

Selain tiga program itu, masih banyak program yang diterapkan pemerintahan SBY, antara lain Bantuan Operasional Sekolah (BOS), PNPM Mandiri, Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), subsidi BBM, Program Keluarga Harapan (PKH), dan sebagainya.

"Meski ketiganya populer, masih perlu analisis tersendiri apakah ketiganya memiliki dampak paling kuat dalam memperkecil pendapatann," kata Direktur Eksekutif LSI, Kuskridho Ambardi.

Hal itu disampaikan dia dalam acara Rilis Survei Nasional bertajuk Survei Opini Publik Persepsi Ketimpangan Pendapatan di Indonesia / Inequality Perception Survey in Indonesia, di Hotel Pullman Jakarta Pusat, Senin (1/9).

Artinya, pemerintah masih perlu melakukan sosialisasi yang lebih intensif agar masyarakat paham program-program utama yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan.

Populasi survei tersebut adalah seluruh warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel 3.080 orang dengan margin of error sebesar +- 1,8% pada tingkat kepercayaan 95%.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/ kelurahan yang terdiri hanya 10 responden.

Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tersebut tidak ditemukan kesalahan berarti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement