REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim menyatakan bahwa sebenarnya perbankan syariah dan asuransi syariah memiliki potensi untuk meningkatkan pangsa pasar. Namun untuk meningkatkan pertumbuhan, perbankan syariah harus mengembangkan produk yang genuine untuk ritel.
Adiwarman mengakui, Indonesia tertinggal dalam hal inovasi produk perbankan dibandingkan Malaysia. Namun, kata dia, segemantasi pangsa pasar Malaysia berbeda dengan Indonesia.
Dia menyebutkan kalau pangsa pasar perbankan syariah lebih kepada segmen ritel. Sehingga, sepatutnya bank syariah di Indonesia memiliki keragaman produk yang menyentuh hal tersebut. Ia mencontohkan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti mobil, motor, rumah, hingga bisnis untuk menyewa ruko dan alat berat truk.
Sedangkan di Malaysia sifatnya corporate banking, artinya targetnya adalah perusahaan besar. Sehingga, dia melanjutkan, kedalaman ragam produk-produk itu arahnya sifatnya untuk corporate di bidang investasi di pasar uang dan pasar modal.
Dari sini, kata dia, dapat dikatakan pangsa pasar antara bank syariah di Malaysia dan bank syariah di Indonesia berbeda. Sebenarnya, kata dia, bank syariah di negara-negara kawasan Amerika Latin seperti Chili, Peru, Brasil, Peru, Afrika hingga Skandinavia di Eropa Utara memiliki kedalaman ragam produk yang serupa dengan Indonesia.
Namun bank syariah di negara-negara itu masih dalam proses mencari produk yang tepat. “Ini tantangan besar untuk Indonesia. Untuk meningkatkan pangsa pasar bank syariah maupun asuransi syariah ya kembangin produk yang khas Indonesia yaitu genuine untuk ritel,” kata dia kepada ROL, Selasa (2/9).