REPUBLIKA.CO.ID, MASERU -- Perdana Menteri Lesotho Thomas Thabane meminta negara-negara di selatan Afrika mengirim pasukan penjaga perdamaian ke kerajaannya menyusul upaya kudeta, Senin (1/9).
Thabane melarikan diri ke Afrika Selatan Sabtu pekan lalu, beberapa jam sebelum tentara mengepung kediamannya dan menyerbu kantor polisi di ibukota. Dia menyebut tindakan tersebut sebagai kudeta.
Militer mengatakan tidak mencoba menggulingkan Thabane, tapi bergerak karena mencurigai polisi berencana mempersenjatai faksi politik. Seorang polisi mati tertembak dan empat lainnya terluka.
Diplomat mengatakan kerusuhan yang terjadi dipicu perebutan kekuasaan antara Thabane yang didukung polisi dan Wakil Perdana Menteri Mothetjoa Metsing yang didukung militer. Ketegangan meningkat setelah Thabane menuduh Metsing sebagai dalang kudeta dan membekukan parlemen.
Komunitas Pembangunan Selatan Afrika (SADC) yang beranggotakan menyeri luar negeri dari Afrika Selatan, Namibia dan Zimbabwe telah bertemu dengan Thabane dan Metsing untuk mencari solusi damai krisis.
"Di atas meja, perlu adanya intervensi berdasarkan situasi. Kami meminta pasukan perdamaian SADC untuk mengintervensi," ujar ajudan Thabane, Samonyane Ntsekele.