REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Teknologi gelombang suara dengan multibeam echosounder sangat baik digunakan untuk mendeteksi objek bawah air dan topografi dasar laut dalam penentuan kaki lereng kontinen.
Prinsip kerja dari teknologi ini adalah pola pancaran gelombang suara melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam akan mendapatkan satu titik kedalaman. Jika titik-titik kedalaman tersebut dihubungkan, maka akan membentuk profil topografi dasar laut.
Adalah La Elson, Mahasiswa Program Studi Teknologi Kelautan Program Pascasarjana IPB, di bawah bimbingan Henry M. Manik, Ph.D (DosenProgramS1/S2 Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK IPB) dan Dr. Udrekh (Peneliti Geofisika dan Geologi Laut BPPT) yang mencoba mendeteksi posisi kaki lereng kontinen di perairan utara Papua khususnya pada bagian Eauripikrise yang berhubungan dengan penentuan batas landas kontinen Indonesia lebih dari 200 NauticalMile (NM), sebagai batas wilayah tiga negara (Indonesia, Papua Nugini dan Micronesia).
La Elson memanfaatkan data batimetri hasil survei BPPT dan Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTEC) tahun 1998-2012 di perairan utara Papua. Berdasarkan data tersebut, diperoleh informasi bahwa keberadaan kaki lereng kontinen terletak pada kedalaman 3.506-4.298 m dengan jarak 116-347 km dari puncak Eauripikrise.
Posisi kaki lereng kontinen tersebut masing-masing terbagi dalam tiga lokasi di bagian barat dan timur dari puncak Eauripikrise perairan utara Papua. Menurut Henry M. Manik, Ph.D, temuan penting dari penelitian ini berdasarkan ketentuan the hedberg line pada salah satu titik kaki lereng di Eauripikrise yang mendekati wilayah landas kontinen Indonesia.
Disamping itu, juga diperoleh data bahwa luas wilayah tambahan landas kontinen Indonesia lebih dari 200 NM di perairan utara Papua adalah 61.547 km2. Selanjutnya Pakar Akustik Kelautan IPB ini menyatakan, "Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia terutama dalam penentuan batas wilayah NKRI."