REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koperasi disebut sebagai soko guru (tulang punggung) perekonomian nasional bahkan dunia di masa mendatang. Kendati demikian, tantangan membesarkan koperasi di Indonesia cukup besar.
"Kita akui hambatan (mengembangkan koperasi) cukup banyak," ujar Nurdin Halid, Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), di Jakarta, Selasa.
Salah satunya, sebut Nurdin, adalah akses perbankan (modal) yang masih kecil lantaran koperasi kerap disebut memiliki risiko tinggi, tidak profitable dan kurang memiliki jaminan.
"Tapi kalau untuk SDM kita tidak terlalu khawatir," ujar Nurdin.
Ia menjelaskan, Dekopin sendiri telah memiliki tidak kurang dari 5.000 pemandu koperasi. Jumlah ini dirasa cukup untuk memberi pendampingan terhadap koperasi-koperasi baru nantinya.
"Selain itu Dekopin juga bekerjasama dengan LPPM untuk membentuk lembaga sertifikasi," katanya.
Sertifikasi ini penting karena tak lama lagi Indonesia akan menghadapi pasar tunggal ASEAN (Asean Economic Community), dimana SDM dari luar negeri akan dengan mudah masuk ke Indonesia.
"Sertifikasi ini penting untuk menjaring SDM dari luar yang masuk. Tanpa ada sertifikasi ini mereka tidak bisa masuk ke koperasi Indonesia," ujarnya.
Pemandu koperasi itu nantinya juga akan memberi pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan mutu SDM lokal.