Rabu 03 Sep 2014 07:37 WIB
Stadion Sepak Bola Bukanlah Tempat untuk Mengambil Nyawa Seseorang

Ini Hanya Permainan

Rep: Endro Yuwanto/ Red: Endro Yuwanto
Suporter Persik Kediri
Foto: Antara/Rudi Mulya
Suporter Persik Kediri

Oleh Endro Yuwanto

Stadion sepak bola bukanlah tempat untuk mengambil nyawa seseorang dari kubu berseberangan. Ia bukan medan pertempuran untuk menjagal dan menumpahkan darah sang lawan. Ia hanyalah tempat memainkan salah satu cabang olahraga terpopuler di dunia.

Namun kenyataannya, tak sedikit nyawa melayang ketika sebuah pertandingan sepak bola berlangsung. Kerusuhan di Stadion Port Said adalah contoh salah satunya.

Serangan massal yang terjadi pada 1 Februari 2012 di Stadion Port Said di Port Said, Mesir, saat pertandingan liga sepak bola utama Mesir antara Al-Masry dan Al-Ahly, mengakibatkan setidaknya 79 orang tewas dan lebih dari 1.000 luka-luka setelah ribuan suporter Al-Masry menyerbu lapangan, menyusul kemenangan 3-1 Al-Masry. Pendukung Al-Masry menyerang pendukung Al-Ahly dan juga para pemain lawan, menggunakan pisau, pedang, botol, dan petasan sebagai senjata.

Faktor utama dalam kerusuhan di Port Said adalah keterlibatan suporter sepak bola garis keras yang dikenal sebagai ultras. Bukan sekali ini ultras berulah. Hampir di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, aksi ultras berpotensi menimbulkan korban jiwa. Tragedi kemanusiaan yang terjadi akibat ulah mereka lebih dari hitungan jari tangan.

Entah apa pula yang dirasakan keluarga Albert Ebosse awal pekan ini. Mencari nafkah dengan menjalani karier sebagai pesepak bola profesional di Liga Aljazair, pemain asal Kamerun itu kembali pada keluarganya dalam keadaan tanpa nyawa. Ia menjadi korban aksi anarkis para ultras di dalam stadion.

Petaka itu bermula ketika tim tuan rumah, JS Kabylie, kalah melawan USM Alger pada lanjutan Liga Aljazair. Suporter yang kesal lantas melemparkan batu ke dalam lapangan. Sialnya, Ebosse yang sedang berdiri di atas lapangan harus terkapar setelah batu yang dilemparkan tersebut tepat mengenai kepalanya.

Sepak bola tentu saja bukanlah medan perang yang sewaktu-waktu bisa mengambil nyawa seseorang. Meski tak dimungkiri sepak bola adalah bentuk sublimasi dari syahwat manusia untuk saling berperang. Bahkan sampai ada istilah sepak bola adalah ''perang yang sudah diperadabkan''.

Sumber syahwat itu berasal dari konstruksi diri manusia itu sendiri yang pada dasarnya terdiri dari unsur-unsur pasangan yang berlawanan, layaknya dua tim yang sedang bertanding. Manusia di samping memiliki naluri bekerja sama juga memiliki perilaku mempertahankan diri, defensif, tapi sekaligus juga menyerang pihak lain, agresif.

Tapi di era modern, sepak bola sejatinya telah menjelma menjadi olah raga yang menjunjung tinggi sportivitas. Menang dan kalah menjadi hal yang biasa.

Harus diakui, permainan ini tidak akan meriah tanpa kehadiran suporter yang mendukung para pemain saat merumput. Namun, aksi anarkis para ultras tentu bisa merugikan pemain dan klub kesayangan yang mereka bela. Hal-hal di luar batas kewajaran sering dilakukan ketika melihat tim yang dibanggakannya kalah ataupun ketika bertanding dengan tim sekota yang biasa disebut derby dengan atmosfer persaingan yang kental.

Tak jarang, banyak benda-benda aneh yang masuk ke dalam lapangan akibat ulah ultras tidak bertanggung jawab tersebut. Seperti yang menimpa Ebosse.

Hukuman yang berat memang sudah sepatutnya diberikan kepada pihak yang melakukan aksi anarkis. Efek jera diharapkan akan mengubah perilaku suporter menjadi lebih santun dalam bersikap di dalam dan di luar stadion.

Para suporter harus disadarkan bahwa sepak bola seharusnya selalu memberi keceriaan dan kegembiraan, bahkan bagi seorang anak balita sekalipun. Jangan sampai sepak bola hanya menjadi pelampiasan syahwat orang-orang yang mengaku ‘dewasa’ dan meletakkan sepak bola sebatas ambisi untuk selalu menang. Jangan sampai sepak bola kehilangan pesonanya karena menjadi penuh tekanan dan menakutkan. Ini hanyalah sepak bola. Ini hanya permainan. Tak lebih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement