REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Untuk pertama kalinya sebuah universitas di Australia masuk dalam peringkat 50 dunia. Menurut lembaga Peringkat Akademi Universitas Dunia (ARWU), Universitas Melbourne menduduki peringkat 44 dunia, naik 10 peringkat dari tahun sebelumnya.
ARWU sejak tahun 2003 membuat laporan tahunan mengenai peringkat universitas. Hasilnya, peringkat Universitas Melbourne naik cepat, yang di tahun 2003 menduduki peringkat 92 dunia. Dengan kondisi ini, menjadikan peringkat universitas ini naik dari tahun ke tahun.
"Peringkat terbaru ini kembali menunjukkan bahwa institusi akademik dan peneltian di Australia merupakan salah satu yang terbaik di dunia," kata Jane Madden, Manajer Umum dan Kepala Investasi Austrade, baru-baru ini.
"Baik ARWU dan Peringkat Universitas yang dilakukan Times Higher Education menempatkan 19 universitas Australia dalam 500 universitas terbaik di dunia, dan ini semakin menekankan bahwa Australia adalah negara tujuan bagi inovasi kelas dunia," tambah Madden.
Dalam peringkat terbaru ARWU ini, empat universitas Australia berada di 100 dunia: University of Melbourne (44), Australian National University (74), University of Queensland (85) and the University of Western Australia (88).
Rektor Universitas Melbourne Professor Glyn Davis mengatakan bahwa universitas yang masuk 50 besar dunia adalah kelompok yang paling bergengsi, dan keberhasilan itu menunjukkan kualitas dan dampak riset yang dilakukan oleh staf di seluruh bagian universitas tersebut.
Beberapa mahasiswa asal Indonesia di Universitas Melbourne diantaranya Cynthia Annisa Ayu Hapsari (tengah, bertopi). (Foto: koleksi pribadi)
Jadi apa kelebihan Universitas Melbourne di mata beberapa mahasiswanya yang berasal dari Indonesia?
Cynthia Annisa Ayu Hapsari sedang mengambil program Master di bidang pendidikan dasar.
"Nilai lebih dari Unimelb yang saya rasakan sejauh ini adalah kualitas materi belajar. Karena jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang ada di universitas lain, konten materi yang saya dan mereka terima lumayan jauh berbeda," kata Icha, panggilan Cynthia kepada wartawan ABC International, L. Sastra Wijaya.
"Saya mendapatkan banyak kesempatan untuk bisa diajar oleh banyak peneliti ternama di bidang pendidikan Australia maupun Amerika Serikat," tambahnya lagi.
Reagan Kurniadwiputra Susanto adalah Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Universitas Melbourne yang baru.
"Ini adalah indikasi bahwa University of Melbourne merupakan salah satu universitas unggul di dunia berkat kerja keras dari pemerintahan Australia dan pihak universitas. Kampus ini juga menitikberatkan fokus dalam pusat riset sehingga tujuan mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan sains juga lebih pesat," kata Reagan yang sedang belajar di jurusan Biomedical Engineering.
"Menurut saya, poin plus dari University of Melbourne adalah mengajarkan dasar-dasar dari teori jadi saya merasa punya fondasi kuat untuk lebih kreatif ke depannya." tambah Regan.
Sedangkan menurut Andreas Budiman, mahasiswa S1 jurusan Sosiologi, Media dan Komunikasi, staf pengajar di kampusnya sangat berdedikasi dan menuntut para mahasiswa untuk terus berpikir kritis.
"Contoh berpikir kritis misalnya adalah di banyak kelas tutorial yang sudah saya alami, dosen mengkondisikan kelas menjadi semacam ajang bagi para murid untuk melemparkan pendapat mereka, mendebat pernyataan dari teman mereka, mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan topik yang sedang kita pelajari," kata Andreas.
"Tugas yang diberikan juga menuntut kita untuk berpikir kritis, dimana banyak pertanyaan untuk esai yang harus kita tulis adalah pertanyaan yang bersifat open-ended. Para mahasiswa jadi bebas untuk menuangkan pikiran mereka sebebasnya mengenai pertanyaan tersebut," demikian Andreas.