Rabu 03 Sep 2014 12:37 WIB

Sukseskah Investasi Hijau Berbasis Syariah?

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Seorang petani Kuba melintas di depan kawasan pertanian di Cantarana, Kuba.
Foto: AP Photo/Franklin Reyes
Seorang petani Kuba melintas di depan kawasan pertanian di Cantarana, Kuba.

REPUBLIKA.CO.ID,

KUALA LUMPUR -- KUALA LUMPUR -- Industri keuangan syariah, takkan pernah jauh dari aktivitas yang membawa kemaslahatan umat.Tak heran kini, keuangan Islam gencar membiayai atau mengeluarkan produk energi yang dapat diperbarui.

Dikutip dari Reuters, Rabu (3/9), keuangan Islam menekankan kegiatan tanggung jawab sosial, seperti perlindungan lingkungan. Sayangnya, belum jelas apakah keuangan Islam yang gencar berinvestasi pada industri hiaju itu akan sukses diterapkan. Ini berkaca pada pengalaman dimana pendanaan Islami yang notabene tetap berjuang saling membantu dan merebut pasar investasi secara sosial tetapi memiliki saluran distribusi yang terbatas.

Contohnya, lembaga pendanaan dari negara-negara teluk dan Asia, meski terlihat mendistribusikan aliran dana dari lembaga keuangan milik mereka ke investor Eropa ternyata mereka tidak sepenuhnya sukses. Selain itu volume bisnisnya tidak berkembang.

Di Bulan Juni lalu,  perusahaan properti AGInvest mengembangkan investasi produk berbasis syariah . Wakil presiden AGInvest yang berpusat di Dubai, Robbie Duncan mengatakan, usaha ini akan membeli lahan pertanian. Tentu dengan konsep syariah untuk memastikan keberlanjutannya melalui pelestarian tanah, pergantian tanaman, dan pemilihan operator pertanian.

Dia menambahkan, perusahaan, yang saat ini mengelola senilai 70 juta dolar Kanada ini memasarkan produk syariah kepada investor di Teluk. Dia menambahkan, sebuah perusahaan Saudi telah menyatakan minatnya untuk membentuk dana setara dengan AGInvest sebagai penasihat.

Sementara itu, Chief executive BPRS, Yasser Dahlawi mengatakan, pihaknya telah tiga kali berinvestasi di bidang pertanian. Namun investasi ini terkendala terbatasnya sumber daya pertanian yang tersedia untuk komunitas investor Islam.

Sementara itu, perusahaan Farmland yang berbasis di Inggris menawarkan program investasi syariah untuk lahan pertanian Argentina. Sementara Treedom Group yang berbasis Hong Kong menawarkan investor Muslim sebuah usaha kayu.

Namun, kesuksesan semua usaha tersebut masih terlalu dini untuk disebutkan bahwa bentuk investasi Islam ini akan lebih sukses daripada reksa dana syariah yang sebelumnya dipasarkan di Eropa.

Ini karena salah satu proyek investasi ramah lingkungan syariah di Inggris gagal melewatinya awal tahun ini. Perusahaan penasehat keuangan Islam yang berbasis di Inggris, Simply Syariah berencana menaikkan 5 juta dolar AS pada akhir Juni untuk membangun pabrik energi surya dengan menggunakan skema keringanan pajak dari perusahaan investasi pemerintah untuk menciptakan struktur pendanaan.

Tetapi proyek ini tidak mampu mencapai target pendanaan dengan tenggat waktu. Sebagian dikarenakan sebagai struktur syariah tidak bisa menggunakan pengaruh seperti produk keuangan konvensional yang membatasi pengembalian yang bisa ditawarkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement