REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK-- Para pejabat Uni Eropa mengusulkan sanksi pada Selasa (2/9), mengosongkan kas perusahaan Rusia, sebagai hukuman atas peran Moskow di Ukraina. Usulan tersebut keluar setelah pemberontak mengatakan berhasil menyerbu bandara Donetsk, yang memungkinkan membalikkan keadaan.
Negara-negara Barat selama ini menuduh Moskow mempersenjatai pemberontak Ukraina. Separatis kian meluaskan jangkauannya, kini bergerak maju untuk menguasai pelabuhan utama.
Sementara Rusia terus membantah pasukannya terlibat dalam pertempuran. Rusia meminta bukti atas segala tuduhan Kiev dan negara Barat.
Pemberontak di Donetsk mengatakan, mereka telah merebut kembali bandaranya dari tentara Ukraina. Selama ini tentara telah bertahan di bandara, setelah merebutnya dua bulan lalu.
Salah satu pemimpin pemberontak, Aleksandar Timofeyev, mengatakan bandara telah 95 persen di bawah kendali mereka. "Tentara Ukraina mundur, ini lebih dari sebuah penerbangan sekarang. Wajar jiga mereka menyerahkan senjata dan pergi. Sementara lainnya tinggal untuk selamanya," kata Timofeyev.
Kehilangan kontrol bandara di Donetsk akan menjadi pembalikan memalukan bagi pasukan pemerintah. Selain itu, pasukan Ukraina juga meninggalkan bandara di kubu pemberontak lainnya, Luhansk pada Senin (1/9).
Para pemimpin Eropa meminta Uni Eropa untuk menyusun sanksi baru untuk Moskow. Sanksi diharapkan dapat diresmikan Rabu (3/9) dan diadopsi mulai Jumat (5/9). Sementara Amerika Serikat juga berencana mengeluarkan sanksi baru untuk Rusia.
AS dan Uni Eropa terus memperketat sanksi sejak Maret. Mulai dari mempersulit banyak perusahaan Rusia melakukan pinjaman hingga menakut-nakuti investor. Moskow merespon dengan melarang sebagian besar impor makanan dari Barat ke Rusia