Rabu 03 Sep 2014 19:36 WIB

Korban JIS: Anak Saya Ditolak Sekolah

Rep: c75/ Red: Bilal Ramadhan
Jakarta International School (JIS)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Jakarta International School (JIS)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sidang tertutup menyangkut kasus kekerasan seksual yang dilakukan lima terdakwa, petugas kebersihan di Jakarta Internasional School (JIS) kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (3/9). Agenda sidang ketiga ini akan membacakan eksepsi atau nota keberatan dari terdakwa.

Sidang yang rencananya berjalan pada pukul 10.00 WIB akhirnya dimulai pukul 14.00. Beberapa orang pengacara terdakwa hadir di Gedung Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Termasuk, pihak Korban yang diwakili orangtua korban dan kuasa hukum. Para terdakwa pun hadir dalam persidangan tersebut.

Th, ibunda korban M yang hadir di gedung PN Jakarta Selatan menceritakan bagaimana anaknya sampai saat ini mengalami trauma.  Dimana M yang mengalami kekerasan di Jakarta Internasional School (JIS) beberapa bulan yang lalu.

Menurutnya, yang lebih menyakitkan hatinya ketika anaknya sudah diterima sekolah di sekolah baru. Namun, ditolak mentah-mentah, pasalnya, pihak sekolah mengetahui bahwa M adalah korban kekerasan seksual.

"Anak saya saat ini dirumah saja. Saya sempat mendaftarkan ke salah satu sekolah di Jakarta. Anak saya juga sudah sempat diterima, namun saat saya mau bayar biaya pendaftaran, seragam. Ah anak saya ditolak mentah-mentah.  Saya sangat kecewa akan hal itu, tapi yah mau gimana lagi," ujar Th di PN Jaksel yang terlihat tegar saat memberikan pendapatnya, Rabu (3/9).

Akhirnya, ia menuturkan pihaknya meminta tolong ke pihak kedubes Belanda untuk membantu anaknya agar bisa sekolah yang mereka (dubes Belanda) sarankan. "Anak saya juga sudah coba didaftarkan ke beberapa sekolah besar, eh anak saya milih ke sekolahan yang kecil, tapi malah ditolak," katanya.

Menurutnya, akhirnya saat ini, anaknya itu hanya belajar dirumah. Selain itu, tiap pekan ke gereja untuk belajar dan bermain dengan anak-anak disana. Karena sekolah menolak M, Th memiliki rencana agar M mengikuti home schoolling. Namun, menurutnya, yang paling penting adalah M harus berinteraksi dengan yang lain.

Th pun menuturkan trauma yang masih dialami oleh anaknya. Jika sedang bermain ke Mall dan bertemu dengan cleaning service maka serta merta ia akan lari. Ia pun mengaku kondisi badan M kurang stabil dan berat tubuhnya naik turun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement