Kamis 04 Sep 2014 05:00 WIB

Penderita Gizi Buruk Butuh Uluran Tangan

Gizi Buruk (ilustrasi)
Gizi Buruk (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Seorang bocah 10 tahun, penderita gizi buruk dari keluarga miskin di Pamekasan, Jawa Timur, membutuhkan uluran tangan.

Dia harus berupaya untuk mengobati penyakit yang dideritanya yang hingga kini tak kunjung sembuh karena tidak memiliki biaya berobat.

Bocah berusia 10 tahun yang menderita gizi buruk ini bernama Fahmi anak dari pasangan suami istri Moh Tohir (35) dan Khotim (27) warga Dusun Bungbaruh, Desa Kertagena Daja, Kecamatan Kadur, Pamekasan.

"Anak saya mulai sakit sejak usia 1 tahun, dan sejak saat itu badannya semakin kurus," tutur Khotim, Rabu.

Saat itu, anaknya tiba-tiba mengalami demam tinggi dan setiap malam selalu menangis.

Sebagaimana kebiasaan warga di dusun ini, ayahnya berupaya membawanya ke tabib melalui pengobatan alternatif. Itu dilakukan, karena tetangganya banyak yang mengira Fahmi kesusupan mahluk halus, hingga akhirnya menderita demam tinggi.

Kepercayaan Khotim dan Thohir semakin kuat, saat tim malam anaknya selalu mengigau dan matanya menatap tajam ke langit-langit kamar rumahnya, seperti layaknya orang yang sedang kesurupan.

Namun upaya Khotim tidak membawa Fahmi ke tabib tidak membuahkan hasil. Setiap hari kondisi tubuh Fahmi kian kurus, hingga akhirnya Khotim membawanya ke puskesdes.

Mantri yang menangani Fahmi juga telah memberikan obat penurun panas dan beberapa vitamin. Namun kondisi Fahmi tidak kunjung membaik, hingga akhirnya dokter Puskesmas Kadur menyarankan agar dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan.

"Di rumah sakit itu kami diminta ngamar, dan kami diberitahu bahwa biayanya jutaan," tutur Khotim.

Karena tidak memiliki biaya, sedang Tohir dan istrinya Khotim juga tidak memiliki kartu Jamkesmas, maka keluarga ini akhirnya memutuskan untuk membawa pulang anaknya Fahmi, meski saat itu masih dalam kondisi sakit.

Keputusan membawa pulang anaknya Fahmi itu, setelah keduanya mengetahui biaya perhari yang harus dikeluarkan, seperti sewa kamar dan menebus obat untuk Fahmi yang mencapai sekitar Rp500 ribu per hari.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement