REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Angkutan kota (angkot) kerap dituding sebagai salah satu faktor utama dari kemacetan yang terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat. M.Ischak selaku Ketua Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor dengan tegas membantahnya.
Menurutnya, angkot bukanlah satu-satunya penyebab kemacetan yang menghantui warga Kota Bogor.
"Saya menolak keras dengan tudingan ini karena banyak faktor lain yang membuat kemacetan," ujar Ischak kepada Republika, Kamis (4/9).
Mudah dan cukup murahnya masyarakat membeli kendaraan bermotor dinilainya juga ikut andil dalam menyebabkan kemacetan di Kota Bogor. Selain itu, dirinya juga memandang bahwa keberadaan pesagang kaki lima (PKL) liar juga berperan besar dalam kemacetan.
Menurutnya, tanpa angkot Kota Bogor akan macet dengan banyaknya kendaraan bermotor yang memadati jalan-jalan di Kota Bogor.
Ia mengatakan bahwa saat ini jumlah angkot di Kota Bogor mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 3412 unit angkot dimana sebelumnya berada pada angka 3506 unit.
Pihaknya mendukung program konversi angkot yang dicanangkan pemerintah kota (pemkot) guna mengurai kemacetan di Kota Bogor.
Dengan konversi angkot maka keberadaan angkot direncanakan hanya sebagai //feeder// dari Bus Trans Pakuan yang digadang-gadang akan menjadi transportasi utama Kota Bogor.
Meski mendukung rencana pemkot atas program konversi angkot, Ischak berharap pemkot memikirkan nasib para supir angkot yang tidak lagi beroperasi.