REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Pemerhati Timur Tengah, Mukhlis Hanafi menyakini pemerintah Arab Saudi sudah berkomitmen menjaga makam Nabi Muhammad SAW. Bagi Raja Arab Saudi, isu pemindahan makan tersebut merupakan sesuatu yang sensitif.
Ia menceritakan ketika masih belajar di Mesir, ada ulama yang mengusulkan agar makan Rasulullah dipindah. Usul tersebut dibalas dengan reaksi raja setempat dengan mengucilkan ulama tersebut.
Mukhlis tak mau menyebut ulama yang dimaksud. Tapi yang jelas Raja Saudi sangat memperhatikan makam Nabi Muhammad SAW.
Diyakini Kepala Bidang Pengkajian Al Quran pada Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran, Badan Litbang dan Diklat Kemenag itu, isu dokumen setebal 60 halaman yang kemudian dimuat di jurnal kerajaan dan harian "The Independent", dan dipublikasikan oleh beberapa media lainnya, tidak akan mengubah pandangan Raja Arab.
Sekalipun hal itu datang dari kalangan akademis, kebijakan pemerintah Saudi terkait dengan makam Rasulullah tak berubah. Tidak ada pembongkaran. Namun, ia pun mengakui beberapa situs bersejarah di Mekkah memang banyak yang hilang sebagai dampak perluasan Masjidil Haram.
Tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW pun, yang kini masih berdiri sebagai perpustakaan, bakal dibongkar karena kebutuhan lahan untuk Masjidil Haram. Sebelumnya tempat kelahiran Nabi itu sempat dijadikan kandang unta, sebelum dimanfaatkan sebagai perpustakaan.
Idealnya, lanjut dia, situs atau tempat bersejarah Islam dapat dipelihara dengan baik. Kalaupun jika hendak dibongkar perlu juga dikonsultasikan dengan sejumlah negara Muslim.
Ia memandang pemerintah Arab Saudi patut diingatkan akan hal ini. Sebab, sejarah Islam bukan milik pemerintah Saudi semata. Sejarah itu milik semua umat Muslim. Namun, di sisi lain ia berharap pula umat Islam di Tanah Air tidak terprovokasi dengan isu pemindahan makan Nabi Muhammad SAW.
"Isu tersebut tentu punya motif kuat untuk melemahkan spirit Islam. Terlebih isu tersebut disebarkan melalui media Barat," katanya.