REPUBLIKA.CO.ID, Mahasiswa Indonesia di Turki menjadi target rekruitmen kelompok militan yang telah bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.
Para militan tersebut tak hanya membangun pangkalan di dekat perbatasan Turki-Suriah, namun, mereka juga membangun rumah yang aman untuk memfasilitasi anggotanya yang berasal dari Asia Tenggara ke wilayah perang.
Diperkirakan sekitar 800 mahasiswa Indonesia yang belajar di SMA dan universitas di penjuru Turki telah menjadi target utama bagi kelompok tersebut. Mereka dianggap sebagai bagian yang paling berguna dalam aksi mereka.
"Majelis Mujahiddin Indonesia telah berada di Turki dan mendekati seorang siswa. Dan siswa ini tidak mengetahui siapa mereka karena mereka menggunakan jaringan personal," kata Muhamad Syauqillah, mahasiswa S3 di Turki seperti dilansir dari Channel News Asia.
Muhamad Syauqillah mengatakan warga Indonesia memang ramah terhadap orang lain, namun para militan justru memanfaatkan keramahtamahan mereka untuk merekrut anggota.
"Sudah ada satu siswa SMA yang direkrut. Seorang mahasiswa tingkat pertama juga direkrut. Mereka memiliki teman yang berhubungan dengan kelompok militan di Indonesia," katanya.
Ahli terorisme Indonesia, Noor Huda Ismail akhir-akhir ini baru saja melintasi perbatasan Turki-Suriah untuk mengungkap bahwa militan Indonesia telah membentuk banyak dukungan di sana. Bahkan mereka telah mendirikan sebuah pangkalan di daerah tersebut.
"Mereka tidak hanya membuat jaringan, tetapi mereka juga membangun rumah yang aman di sana untuk dijadikan tempat bagi warga Indonesia atau Asia Tenggara yang akan pergi ke perbatasan Suriah," jelasnya.
Warga Indonesia tertarik ikut bertempur di Suriah dan Irak karena diiming-imingi ISIS akan dipenuhi kebutuhan finansial mereka. "Sebuah kasus menarik ketika salah satu dari mereka bercerita kepada saya telah meminjam uang untuk pergi ke sana. Ketika mereka tiba di Negara Islam, ia mendapatkan 250 ribu dolar AS tiap bulannya," kata Noor.