Kamis 04 Sep 2014 19:46 WIB

Ironis, Sebagian Masyarakat Indonesia Tak Percaya Bank Syariah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Jakarta, Selasa (13/5).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Jakarta, Selasa (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Menjelang diberlakukannya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, dunia pendidikan menilai perbankan syariah butuh revitalisasi. Meski memiliki potensi besar namun pangsa pasarnya masih begitu kecil.

Kepala Jurusan (Kajur) Syariah STAIN Samarinda, Bambang Iswanto mengatakan perbankan syariah memiliki potensi besar di Indonesia.Apalagi perbankan syariah disebut Bambang sudah teruji pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia 2008 lalu.

Pertumbuhan aset bank syariah pun mampu menembus hingga 46,59 persen. Sementara perbankan konvensional sebesar 12,4 persen.

Kemudian perkembangan kantor cabang bank syariah yang sebelumnya hanya sekitar 500 unit kini di tahun 2014 mampu menembus angka 2.139 unit kantor cabang.

“Tetapi sebagian besar masyarakat kita belum mempercayai bank syariah. Ini ironis,” ujar dia, Kamis (4/9).

Sementara, Direktur Bisnis Ritel PT Bank Muamalat Indonesia Tbk, Adrian Asharyanto Gunadi mengakui, persaingan antar perbankan semakin hari semakin ketat. “Baik itu persaingan di antara bank syariah maupun perbankan konvensional,” ujarnya.

Selain MEA, dia menambahkan bahwa sebenarnya tahun 2020 mendatang akan terjadi integrasi perbankan di ASEAN. Sehingga bank asing dengan mudahnya bisa buka cabang.

Jangankan tahun 2020, saat ini saja Adrian menyebutkan bahwa bank sekelas HSBC, Citibank, CIMB, atau Bank singapura sudah memiliki jaringan kantor cabang di seluruh dunia.

“Sementara diantara tiga bank konvensional yang besar yaitu Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Central Asia (BCA), baru Bank Mandiri yang membuka cabang di luar negeri. Jadi perbankan Indonesia masih cukup tertinggal,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement