Jumat 05 Sep 2014 08:28 WIB

Doa Versi Baru Ala Pencinta Hugo Chavez

Rep: Antara/ Red: Indah Wulandari
Supporters of Venezuela's President Hugo Chavez react to the announcement of his death outside the hospital where he was being treated, in Caracas, March 5, 2013.
Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins
Supporters of Venezuela's President Hugo Chavez react to the announcement of his death outside the hospital where he was being treated, in Caracas, March 5, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID,CARACAS--Gereja Katolik Roma di Venezuela mengecam Partai Sosialis karena menulis ulang "Doa Bapa Kami" menjadi ode terhadap mantan pemimpin Hugo Chavez.

"Doa Bapa Kami, yang merupakan doa bagi orang Kristen di seluruh dunia, adalah perkataan yang diucapkan sendiri oleh Yesus Kristus, dan oleh karena itu tidak boleh diubah-ubah," demikian pernyataan Gereja Katolik setempat, Jumat (5/9).

Penggubahan Doa Bapa Kami itu pertama kali diperkenalkan oleh seorang anggota partai pada Senin lalu sebagai bentuk permohonan agar Chavez melindungi mereka dari keburukan kapitalisme.

"Chavez kami di surga, di atas bumi, dan di lautan," kata Maria Estrella Uribe di depan gambar besar sang mantan presiden.

"Pimpin kami dari godaan kapitalisme, hindarkan kami dari keburukan oligarki, seperti kejahatan yang datang diam-diam, karena yang kami miliki hanyalah tanah air, perdamaian, dan kehidupan - selamanya. Amin. Viva Chavez!" kata dia yang kemudian disambut tepuk tangan meriah.

Doa itu menyimbolkan hubungan spiritual antara "Chavistas" dengan mantan tentara yang memimpin Venezuela selama 14 tahun sebelum meninggal karena kanker pada Maret 2013 lalu.

Kelompok oposisi mengecamnya karena berpotensi berubah menjadi pemujaan individu. Sementara itu pihak gereja juga menyatakan keberatan.

"Dia yang menggubahnya menjadi versi baru yang salah telah melakukan dosa kemusyrikan," kata institusi agama itu.

Sebagian besar warga Venezuela memeluk agama Katolik Roma. Meskipun demikian, banyak yang mencampurkan iman Kristen itu dengan bentuk-bentuk spriritualitas lain seperti praktik Santeria. Sementara itu, Chaves sendiri juga melakukan pencampur-adukan ajaran. Dalam sejumlah pidatonya, dia mengajak orang untuk berdoa kepada Yesus dan Marx.

Chavez juga punya hubungan yang kurang baik dengan Gereja, terutama setelah institusi tersebut secara diam-diam mendukung upaya kudeta pada 2002.

Di sisi lain, Presiden Nicolas Maduro--yang menyebut diri sendiri sebagai anak spiritual Chavez--pada Kamis menyatakan bahwa Gereja berupaya untuk melemahkan pengaruh Chavez.

"Mereka tidak dapat menggulingkan Chavez pada masa hidupnya. Dan sekarang mereka ingin membunuh cinta spiritual warga terhadapnya," kata Maduro yang mengaku Katolik tapi juga terinspirasi oleh guru asal India, Sai Baba.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement