REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Salah satu pemerhati sepak bola di Kabupaten Tulungagung, Janta Wiwaha mengingatkan manajemen klub Perseta Tulungagung agar secepatnya menyelesaikan tunggakan gaji 22 pemainnya selama tiga bulan terakhir, demi menghindari sanksi dari Komisi Disiplin PSSI.
"Sebaiknya masalah gaji pemain ini segera diselesaikan oleh manajemen klub, jika tidak ingin terkena sanksi denda lebih besar atau bahkan dikeluarkan dari divisi utama," kata Janta yang juga pemilik SSB (Sekolah Sepakbola) Tulungagung Putra, Jumat (5/9).
Ia mengakui, masalah keuangan yang dihadapi manajemen klub sepakbola berjuluk Laskar Badai Laut Selatan atau "The Lasbas" itu sangat pelik. Hal itu disebabkan pemasukan dana untuk operasional klub sangat minim.
Sejak pemerintah melarang penggunaan dana APBD untuk membiayai sepak bola daerah, lanjut Janta, praktis sumber dana klub seperti Perseta Tulungagung terhenti. "Padahal, dalam semusim kebutuhan operasional mereka rata-rata mencapai Rp1 miliar lebih. Tanpa sponsor, klub-klub seperti Perseta bisa bangkrut," ujarnya.
Secara organisasi, kata Janta, Perseta yang barusan menyelesaikan putaran divisi utama itu disebutnya belum siap untuk mandiri. Ketiadaan mess pemain, fasilitas latihan yang mandiri, serta armada bus untuk mengangkut para pemain dan ofisial pelatih menurut Janta, adalah bukti kelemahan mendasar yang dimiliki Perseta.
"Bagaimana klub bisa kompetetif di ajang liga jika fasilitas pendukungnya tidak ada dan kesejahteraan pemain terabaikan," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua PSSI Tulungagung, Supriyono yang menyebut Perseta sedang mengalami krisis keuangan serius. Menurut dia, selama ini operasional klub Perseta selama bermain dalam kompetisi divisi utama yang dikelola PT Liga Indonesia hanya mengandalkan dari dua orang yang berstatus pemilik klub, Anas Sulaiman dan Afton.
"Kedua orang ini yang selama ini mengucurkan anggaran pribadi untuk mendukung operasional klub, tapi mereka bukanlah sponsor, sehingga komitmen dananya bersifat sukarela, bukan wajib," ucap Supriyono.
Kendati begitu, ia tetap mengimbau kepada manajemen klub segera menyelesaikan masalah tunggakan gaji 22 pemain Perseta sejak tiga bulan terakhir. Dua pemain asing asal Kamerun, William Antony dan Banaken Bosaken bahkan sempat mengadu ke ketua PSSI, Supriyono, demi mempertanyakan nasib gaji mereka, sebelum pulang ke negara asalnya.
"Sepak bola di (Pulau) Jawa ini hampir semuanya bermasalah, terlalu banyak mafia. Kalau di Kalimantan bagus, Sumatra juga cukup bagus, Irian dan Sulawesi. Hanya di Jawa yang kerap bermasalah," kritik William Antony.