REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Sierra Leone akan memberlakukan larangan keluar rumah selama empat hari untuk menghentikan penyebaran wabah Ebola di kawasan Afrika Barat, kata pejabat senior istana kepresidenan setempat mengatakan pada Jumat (6/9).
Kebijakan tersebut menandai langkah radikal yang terpaksa diambil oleh negara-negara di kawasan Afrika Barat--yang dalam enam bulan terkhir harus menghadapi penyebaran wabah terburuk sepanjang sejarah. Virus Ebola saat ini telah menewaskan lebih dari 2.100 orang sejak Maret lalu dan jumlah korban masih terus bertambah.
Warga Sierra Leone dilarang keluar rumah antara 18-21 September untuk mencegah meluasnya penyebaran Ebola. Dalam rentang waktu itu, pekerja kesehatan akan dikerahkan untuk mengidentifikasi tanda-tanda awal keterjangkitan dari setiap warga, kata penasihat presiden yang menangani Ebola, Ibrahim Ben Kargbo.
"Pendekatan agresif diperlukan untuk menangani penyebaran wabah Ebola sampai ke akarnya," kata dia kepada Reuters.
Sampai pada Jumat, PBB telah mencatat 491 kematian terkait Ebola di Sierra Leone. Kargbo mengatakan bahwa pemerintah akan merekrut 21.000 orang untuk membantu penerapan larangan keluar rumah. Ribuan polisi dan tentara juga telah ditempatkan untuk memberlakukan karantina bagi sejumlah kota yang paling parah terjangkit Ebola di perbatasan Republik Guinea.
Sejumlah orgaisasi di berbagai belahan dunia kini tengah mengumpulkan dana dan peralatan untuk membantu Afrika Barat. Namun Ebola masih tetap menyebar dengan cepat diperparah dengan kurangnya pekerja kesehatan yang terlatih untuk menangani masalah itu.