Ahad 07 Sep 2014 01:07 WIB

Jumlah Pasien DBD-Tifus di Semarang Cenderung Naik

Pasien rumah sakit.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra/ca
Pasien rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) dan tifus di sejumlah rumah sakit (RS) di Kota Semarang cenderung mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir.

"Peningkatan pasien tifus terjadi sejak pertengahan bulan lalu. Ada kenaikan sekitar 15 persen dibanding bulan-bulan sebelumnya," kata Kepala Humas RS Roemani Semarang Mardliyah di Semarang, Sabtu (6.9).

Ia menyebutkan jumlah pasien tifus akibat paparan bakteri Salmonella thypi itu pada bulan-bulan sebelumnya rata-rata 80 orang/bulan, tetapi belakangan ini ada kecenderungan mengalami kenaikan.

Menurut dia, makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi bakteri Salmonella thypi menjadi penyebab terserang penyakit thypus sehingga diupayakan untuk menjaga kebersihan dan pola hidup sehat.

"Penyakit ini (tifus, red.) tidak berkaitan dengan perubahan cuaca, melainkan lebih pada higienitas lingkungan. Semisal, tangan tidak higienis saat menyantap makanan, makanan dihinggapi lalat," katanya.

Baik anak-anak maupun orang dewasa, kata dia, sama-sama rentan terkena tifus sehingga masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah terkena penyakit dengan meningkatkan daya tahan tubuh.

Kenaikan jumlah pasien, ia mengatakan terjadi pula pada pasien DBD dengan kenaikan sekitar 20 persen dibandingkan bulan-bulan lalu, dari rata-rata jumlah pasien sekitar 30 orang setiap bulannya.

Berbeda dengan tifus, kata dia, penyakit DBD dipicu gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang dimungkinkan akibat kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga memungkinkan proses perkembangbiakan nyamuk itu.

Namun, ia mengingatkan gejala DBD tidak lagi murni seperti dulu sehingga kerap mengecohkan, semisal pasien mengalami demam tinggi, trombosit turun, bisa saja bukan DBD, melainkan tifus.

"Karena itu, hasil laboratorium memang sangat dibutuhkan untuk mendeteksi suatu penyakit. Daya tahan tubuh juga memberikan pengaruh dan mengurangi risiko terkena penyakit," kata Mardliyah.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Mada Gautama mengatakan pasien DBD harus mendapatkan penanganan cepat untuk mengurangi risiko fatal.

"Jika ada yang mengalami demam lebih dari tiga hari segera bawa ke RS. Gejala-gejala penyakit yang mirip membuat masyarakat lengah. Penanganan tepat ya bawa ke layanan kesehatan untuk didiagnosis," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement