REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Slamet Sudrajat mengatakan bahwa sinar api dan lontaran lava pijar pasti dapat terlihat dengan jelas pada malam hari asalkan cuaca cerah sehingga puncak Gunung Slamet tampak dari kejauhan.
Menurut dia, hingga saat ini, Gunung Slamet masih mengeluarkan sinar api dan kadang disertai lava pijar yang secara visual dapat terlihat pada malam hari.
Akan tetapi, kata dia, lava atau material pijar yang dilontarkan Gunung Slamet hingga saat ini masih jatuh di dalam kawahnya.
"Gejala-gejala yang selama ini muncul sudah sampai di permukaan, tetapi kalau suplai baru kelihatannya belum tertangkap atau tidak tertangkap, hanya yang lama-lama saja berupa gempa tremor yang menerus dengan frekuensi rendah. Artinya, sumber gempa sudah ada di atas," katanya.
Ia mengatakan bahwa gempa tremor yang terekam seismograf itu dapat berupa pelepasan gas atau bisa pula berupa aliran fluida yang sudah di atas.
"Jarang tapi bergerak-gerak. Makanya, berfrekuensi rendah," jelasnya.
Dia memperkirakan tipe letusan Gunung Slamet masih tetap strombolian dan gejalanya sudah di permukaan yang ditunjukkan dengan adanya sinar api dan lontaran lava pijar.
Menurut dia, indikator tipe letusan strombolian adalah tidak adanya akumulasi tekanan.
Dengan demikian, lanjut dia, saat ini sudah ada pelepasan gas di Gunung Slamet tanpa adanya akumukasi.
"Jadi, ada (tekanan) langsung lepas sambil bawa 'teman-temannya' (material) yang bisa dibawa, terus begitu, tidak ada akumulasi. Selama ini, karakternya memang seperti itu, namun sejarah mengatakan bahwa bisa harian, bisa mingguan, bisa bulanan yang seperti itu," katanya.