REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Manajemen klub Perseta Tulungagung, Jawa Timur menyambut baik rencana mediasi yang akan dilakukan pengurus cabang PSSI setempat, demi mencari solusi masalah tunggakan gaji 22 pemainnya selama tiga bulan terakhir yang ditaksir mencapai Rp 200 juta lebih.
"Kami siap memenuhi panggilan itu selama tujuannya baik dan mencari solusi bersama," kata Ketua Umum Perseta, Anas Sulaiman, Ahad (7/9).
Anas tidak secara langsung menjawab pertanyaan wartawan seputar tunggakan gaji 22 pemain di tubuh Perseta. Ia justru berdalih, kasus serupa jamak terjadi di setiap kesebelasan yang bermain di Liga Indonesia, karena minim atau bahkan tiadanya sponsor yang menjadi sumber pendanaan klub.
"Kami siap dipanggil, dan ini tidak pertama kali terjadi di indonesia, sedangkan kami juga memakai uang pribadi tanpa melibatkan anggaran daerah," kilahnya.
Perseta adalah salah satu klub dari Tulungagung yang bermain di divisi utama Liga Indonesia, namun kini terdegradasi ke Liga Nusantara karena kalah kompetitif dibanding tim kesebelasan lain. "Kami minta maaf kepada masyarakat Tulungagung karena tim kesayangan kami akhirnya harus terdegradasi ke Liga Nusantara," sesal Anas.
Ia mengisyaratkan, jebloknya prestasi Perseta hingga kalah kompetitif dibanding tim-tim lain disebabkan keterbatasan pendanaan dan dukungan fasilitas klub. "Mengelola klub sebesar Perseta hanya dengan mengandalkan uang pribadi, itu berat," ujarnya.
Menurut keterangan Ketua PSSI Tulungagung, Supriyono, estimasi kebutuhan anggaran operasional klub Perseta dalam semusim kompetisi mencapai Rp 1 miliar lebih. Dulu saat klub sepakbola masih disokong anggaran daerah (APBD), lanjut Supriyono, beban operasional masih bisa dilakukan subsidi silang dengan pembagian keuntungan dari PT Liga Indonesia.
"Sekarang aturannya APBD tidak boleh digunakan untuk membiayai klub sepak bola, PT Liga Indonesia juga sudah tidak memberi pembagian keuntungan pada kesebelasan yang bermain di liga super maupun divisi utama," papar Supri.
Akibatnya, kata dia, seluruh beban operasional Perseta ditanggung sepenuhnya oleh manajemen klub. Tunggakan gaji pemain mulai terjadi menjelang berakhirnya putaran kompetisi divisi utama, dimana posisi kesebelasan berjuluk Laskar Badai Laut Selatan atau the Lasbas ini berada di urutan buncit di ambang degradasi.
"Kami sudah panggil pihak manajemen dan semoga dalam sepekan ini bisa dilakukan pertemuan untuk menyelesaikan masalah tunggakan gaji tersebut," kata Supriyono.