REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peperangan konvensional dapat memakan korban hingga ratusan jiwa. Akan tetapi, bencana alam dapat merenggut korban jiwa sampai puluhan ribu jiwa. Semisal bencana tsunami Aceh 2004 lalu.
Oleh karena itu, operasi penanggulangan bencana yang melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Nasional Indonesia (TNI) maupun Kepolisian Republik Indonesia harus ditingkatkan berbagai aspek yang melingkupinya. Tidak hanya dari perlengkapan semata, melainkan koordinasi antara pusat dan daerah.
Demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat meninjau Indonesia Disaster Relief Training Ground (Ina-DRTG), kompleks Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (8/8).
Turut mendampingi Presiden antara lain Kepala BNPB Syamsul Maarif, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Moeldoko dan Kapolri Sutarman. Presiden meyakini, peperangan konvensional tidak akan melanda Indonesia. Akan tetapi, bencana alam senantiasa mengintai kapan pun.
Ini tak lepas dari faktor geografis maupun faktor-faktor alam lainnya. Oleh karena itu, keberadaan dan kinerja BNPB beserta turunannya yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di level provinsi maupun kabupaten/ kota, memperoleh apresiasi dari Presiden.
"Saya bangga BNPB tanggap, cepat dan cekatan dalam menanggulangi bencana," kata SBY.
Kepala BNPB Syamsul Maarif menambahkan, penanganan bencana di Tanah Air tidak hanya menjadi tanggung jawab BNPB, melainkan seluruh elemen masyarakat. Secara khusus, Syamsul memuji partisipasi TNI/Polri dalam hal ini.
Selepas mendengarkan paparan, SBY mengunjungi ruang Merapi dan ruang Rokatenda, masih di gedung yang sama. Di dalamnya tengah berlangsung acara workshop yang melibatkan sejumlah pihak.
Kemudian, SBY beserta rombongan mengunjungi display peralatan kesiap-siagaan penanggulangan bencana. Terdapat mobil komunikasi satelit, mobil perpustakaan hingga kendaraan taktis bencana kepunyaan BNPB.