REPUBLIKA.CO.ID, Ketika kita meraih apa yang kita cita-citakan, pernahkah kita berterimakasih pada kedua orangtua kita? Keberhasilan yang kita raih, tentunya tidak lepas dari ridho orangtua. “Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain” (Ridho Allah terletak pada ridho kedua orangtua kemurkaan Allah terletak pada kemarahan kedua orangtua)
Orangtua yang paling berjasa dalam kehidupan kita, kadang terlupakan diantara hiruk pikuk perjuangan hidup yang kita hadapi. Keberadaan orangtua baru terasa apabila kita menemui kesulitan dan membutuhkan bantuan mereka.
Bahkan untuk bersilaturahim dengan orangtua terkadang berat kita lakukan. Kita lebih memilih jalan-jalan ke mal yang letaknya jauh, ketimbang menjenguk orangtua yang tinggal dekat dari rumah. Apalagi jika orangtua sudah dalam kondisi renta, terkadang tidak sabar hati ini untuk menghadapi tingkahnya. Padahal waktu kita kecil, tingkah kita kerap merepotkan mereka, namun mereka tetap membesarkan dan mendidik kita dengan sabar.
Birrul walidain, atau berbakti kepada orangtua, berada dalam kedudukan yang tinggi setelah perintah shalat. Seperti yang yang tercantum dalam Alquran: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu.” (QS. An-Nisa:36)
Hukum birrul walidain adalah fardhu ain (wajib) bagi ummat Muslim, bahkan lebih tinggi dari jihad kifai atau jihad fardhu kifayah. Sehingga wajib bagi anak untuk mendapatkan izin orangtua sebelum menunaikan jihad fardhu kifayah.
Kunci menuju surga, kemudahan didunia akhirat hingga dilapangkan pintu rezeki, merupakan sebagian fadilah birrul walidain . Di antara usaha untuk mencapai fadilah tersebut, membina silaturahim dengan orangtua, dinilai sebagai ibadah. Dari hadis Rasullah SAW : Dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah bersabda: “Melihat pada tiga perkara adalah ibadah. Melihat wajah ibu bapak, melihat Alquran dan melihat lautan.” (Riwayat Abu Nuaim).
Lantas bagaimana dengan orangtua yang sudah meninggal dunia, bagaimana kita sebagai anaknya dapat melanjutkan birrul walidain ?
Bersilaturahim ke orangtua bisa tetap dilakukan meski mereka sudah meninggal dunia. Bentuknya melalui ziarah kubur. Seperti dalam hadis Rasullah SAW dari Abu Hurairah Ra : “Barangsiapa ziarah ke makam orangtuanya setiap hari Jumat, Allah pasti akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatatnya sebagai bukti baktinya pada orangtua” (HR Hakim)
Apakah orangtua yang sudah meninggal menyadari kehadiran kita dimakamnya? Tentu saja! Seperti hadist Rasulullah SAW : Dari Aisyah Ra bahwa Rasullah SAW bersabda, tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu (HR Ibnu Abi ad-Dunya)
Orangtua yang sudah meninggal masih bisa merasakan kebahagiaan atas kehadiran kita menemaninya ketika berziarah dan berdoa diatas pusaranya. Kesadaran meneruskan birrul walidain setelah orangtua meninggal dunia, ternyata sudah lama dilakukan beberapa peziarah Al-Azhar Memorial Garden.
Salah satunya adalah Umar Rusdi. Bermula dari seringnya berziarah ke makam orangtua di TPU kawasan Palmerah, Umar Rusdi merasa perlu untuk memindahkan makam kedua orangtua ke tempat yang menurutnya lebih layak dari di TPU. “Di TPU saya tidak bisa berdoa dengan khusyuk. Selalu diikuti pengemis, belum lagi selalu diminta uang kebersihan setiap kali berziarah” katanya menjelaskan alasannya memindahkan makam dari TPU ke Al-Azhar Memorial Garden.
Mengunjungi makam orangtua sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Ia merasa, orangtua adalah sosok yang paling berjasa dalam hidupnya. Melihat kondisi TPU yang dipandang sudah tidak layak bagi makam orangtuanya, ia merasa perlu untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi kedua orangtuanya, dengan memindahkan makam dari TPU ke Al-Azhar Memorial Garden. Nama besar Al-Azhar membuatnya yakin, pengelolaan makam kedua orangtua dikelola dengan baik sesuai syariah.
Jasa orangtua kepada kita tak tergantikan, namun usaha kita untuk senantiasa membahagiakan mereka akan selalu dicatat sebagai amal kebaikan.