REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kepolisian Federal Australia (AFP) mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Mohammad Ali Baryalei, diduga sebagai seorang komandan operasi ISIS asal Australia. Perintah ini dikeluarkan menyusul investigasi ABC yang mengungkap identitas pria asal Sydney tersebut.
Baryalei (33 tahun) dipercaya sebagai anggota ISIS paling senior dari Australia, dan pernah bekerja sebagai penjaga kelab malam di daerah Kings Cross di Sydney. Menurut pihak berwajib, Baryalei, menggunakan posisinya sebagai komandan operasi ISIS untuk menyalurkan lebih setengah dari 60 warga Australia yang teridentifikasi menjadi anggota ISIS.
Menurut sumber ABC di kalangan intelijen, Baryalei bertugas merekrut para pejuang ISIS itu, termasuk Khaled Sharrouf yang membuat heboh karena memposting foto anaknya memegang kepala terpenggal di Suriah. Baryalei juga diduga merekrut Mohamed Elomar yang bersama Sharrouf terlihat dalam video mengeksekusi tahanan di Irak.
Selain itu, Baryalei diduga memfasilitasi remaja berusia 17 tahun serta tujuh warga Australia lainnya yang belakangan diketahui telah terbunuh di Suriah dan Irak.
Dalam pernyataannya kepada ABC, AFP mengemukakan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan atas nama Baryalei dengan tuduhan terlibat aktivitas terorisme. "Jika Baryalei kembali ke Australia, dia akan langsung ditangkap," demikian pernyataan AFP, baru-baru ini.
Baryalei memiliki latar belakang keluarga bangsawan asal Afghanistan dan datang ke Australia sebagai pencari suaka saat ia masih anak-anak. Ia bahkan pernah menjadi aktor dalam serial TV berjudul Underbelly, namun belakangan diketahui ia menjadi sangat radikal. Baryalei menjadi pemimpin gerakan Street Dawah di Sydney, dan diduga ia membentuk sel kelompok garis kerasnya.
Menurut data yang diperoleh ABC, Baryalei tiba di Tukri bulan April 2013 dan membangun basis di perbatasan Suriah untuk merekrut warga Australia bergabung dengan kelompok Jabhat Al Nusrah. Namun, menurut sumber ABC, belakangan Baryalei menjadi tokoh penting dalam gerakan ISIS awal tahun ini.
Pihak keluarga Baryalei yang dihubungi ABC membantah informasi ini dan menyatakan Baryalei kini hidup dengan damai di Turki.